- Digital Citizenship – Kewarga(negara)an Digital
- Digital Law: Hukum-Hukum Terkait Digital yang Wajib Kita Ketahui
- Digital Etiquette: Memperlakukan Pengguna Internet Lainnya dengan Hormat
- Digital Downtime: Menurunkan Waktu Uptime untuk Menaikkan Kesehatan Fisik dan Mental
- Digital Commerce
- Digital Access for All
- Digital Literacy
- Case Study: Literasi Digital di SMP Tunas Unggul Kota Bandung
- Digital Security
- Digital Health
- Netiquette dan Cyberbullying
- How to Becomes a Digital Talent?
- Empat Cara Memberdayakan Social Media secara Bijak
- Menyikapi Informasi Penting Milik Pribadi
- Setelah Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi Disahkan
Daftar Isi
Latar Belakang
Anak-anak itu kan makhluk pintar ya. Apalagi mereka yang brojol-nya aja sudah ketemu touch screen kan. Apa-apa yang screen, mereka berasumsi bisa diutak-atik via touch jari-jemari mereka. No wonder, mereka bisa bikin akun sendiri.
Meskipun ada ketentuan soal minimal usia, ini bisa (dan biasa) banget diterabas di era digital. Kalau sudah punya akun, anak-anak itu bisa liar banget di jagat digital. Salah satu yang bisa kita lakukan adalah memberikan koridor, hal-hal apa saja yang bisa/baik untuk dilakukan.
Serta batasan-batasan apa saja yang sebaiknya/seharusnya tidak mereka langgar. Salah satu poin utamanya adalah, sekali itu sudah ter-post di internet blm tentu semudah itu pula untukk retrieve-nya. Kita yang punya akun bisa delete post tersebut, tp barangkali ada yang sudah capture/download kan.
Yang Bisa Dilakukan di Sekolah
Yuk masuk ke do-able things di sekolah. Dengan background dan situasi anak-anak yang seperti itu, objective nya adalah memberikan koridor kepada anak-anak ttg ber-internet dan ber-social media. Namanya media sosial, adalah media untuk bersosialisasi dengan sesama manusia.
Bagaimana entry point nya di sekolah? Bisa via project. Kebetulan di sekolah tersebut, tema project-nya adalah “Rekayasa Teknologi untuk NKRI“. Eksekusinya via apa? Tugas membuat blog. Secara teknis, tool yang dipakai adalah http://sites.google.com.
Sebenarnya ini free tool untuk membuat website, kurang pas untuk blogging. Idealnya bisa pakai http://WordPress.com atau http://medium.com tp okelah, not a big deal ya kan.
Nah, sekarang yuk masuk ke materi. Sebagai pembuka, saya kira 9 elements digital citizenship sudah pas banget tuh. Bisa dibaca di Digital Citizenship ini. Framework ini berperan sebagai navigator sekaligus rangkuman soal seperti apa idealnya warganegara digital itu.
Maaf baru melanjutkan thread ini. Sembilan elemen tersebut penting semua khususnya untuk orang dewasa. Kalo untuk anak sekolah, terutama pada 3 hal:
- [Security] Berhati-hati dgn password, PIN, dan info-info pribadi sejenis,
- [Literacy] Check and recheck info yang diterima,
- [Etiquette] Sopan dan tidak melakukan perundungan (bullying)
Dari sana, kita ke “pintu masuk” project yang berupa blogging ini, lewat 3 pertanyaan berikut:
- Apakah punya blog itu ada gunanya?
- Apakah blogging itu sia-sia?
- Bagaimana supaya aktifitas blogging itu beneficial untuk kita?
Jadi, berikut ini adalah beberapa manfaat yang bisa kita peroleh dari aktifitas blogging:

Sebagai social media, tentu saja blog punya kekurangan: blog tidak se-visual Instagram, usernya tidak semasif YouTube yang audio visual, dll. Tapi mengapa kita tetap blogging karena bbrp manfaat yang sudah saya sebut di atas.
Teknis Blogging
Lepas menyampaikan hal tersebut, mari masuk ke teknis-teknis blogging:
- Lagi, platform bisa WordPress (mudah, terbukti bnyk yang pakai) atau medium (potential readernya sudah ada)
- How to write so it will be searchable. Jadikan intensi pencarian user di mesin pencari sebagai bahan…. untuk menulis.
- Outline atau kerangka tulisan:
- latar belakang (why write this), misal melanjutkan tulisan xxx lalu, menanggapi fenomena yyy, sharing pengalaman baru zzz, dst.
- Inti tulisan: 5W+1H (what where when who why how).
- Penutup (konklusi, apa yang bisa diambil, next to do).
Kelas ini (waktu itu) saya tutup dgn live ngoprek si google sites (makanya saya bilang ini lebih pas untuk website) sekaligus saya berikan usulan topik-topik yang bisa ditulis oleh teman-teman siswa SMP setiap hari selama 3 pekan project.
Sesi QnA
Di sesi QnA, 3 pertanyaan yang saya ingat:
- Bagaimana membuat konten yang menarik tapi tetap informatif?
- Apa itu artificial intelligence? (Sudah ada di antara para siswa tersebut yang pakai chatgpt dan bing chat, lho)
- Menulis buku itu berapa lama?
Demikian thread ini sebagai dokumentasi dan refleksi dr sharing ke siswa SMP ttg how to start a blog.
[…] Case Study: Literasi Digital di SMP Tunas Unggul Kota Bandung […]
[…] study-nya adalah ketika mengajar materi blogging di kelas 8 sebuah SMP swasta di kota […]
Asyik banget ya kegiatannya