- Digital Citizenship – Kewarga(negara)an Digital
- Digital Law: Hukum-Hukum Terkait Digital yang Wajib Kita Ketahui
- Digital Etiquette: Memperlakukan Pengguna Internet Lainnya dengan Hormat
- Digital Downtime: Menurunkan Waktu Uptime untuk Menaikkan Kesehatan Fisik dan Mental
- Digital Commerce
- Digital Access for All
- Digital Literacy
- Digital Security
- Digital Health
- Netiquette dan Cyberbullying
- Case Study: Literasi Digital di SMP Tunas Unggul Kota Bandung
- How to Becomes a Digital Talent?
- Empat Cara Memberdayakan Social Media secara Bijak
- Menyikapi Informasi Penting Milik Pribadi
- Setelah Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi Disahkan
Mau socmed jadi etalase jualan kamu (artis, influencer, selebgram, dll) boleh silakan. Kebanyakan orang menjadikan socmed sebagai penampung dokumentasi sejarah hidup. Sementara bagi para blogger, memiliki socmed berarti punya channel untuk mengamplifikasi konten. Pastinya, socmed bisa diberdayakan untuk membangun personal branding.
Daftar Isi
Socmed sebagai Etalase Jualan
Potensi yang muncul dari socmed, kalau sudah memiliki followers yang banyak, ya sebagai etalase jualan. Brand (atau minimal teman yang punya bisnis) akan datang dengan sendirinya. Baik post di feed maupun di story, keduanya akan mendatangkan cuan atau minimal free product lah, hehehe.
Untuk merawat “etalase” ini, si empunya socmed harus tekun merawat market yang ditarget oleh si brand. Karena market itu dinamis, alias tidak sama persis dengan persona ideal yang diharapkan oleh brand, maka bersikap lincah dalam memilih dan membuat topik adalah strateginya.
Socmed sebagai Arsip Sejarah Hidup
Kurasi socmed kamu untuk memastikannya positif dan menginspirasi. Unfollow atau unsubscribe akun-akun yang tidak memberikan manfaat dalam hidupmu, dan bersikap proaktiflah dalam mencari akun yang membangkitkan semangat dan memotivasi.
Tapi, perhatikan waktu yang kamu habiskan di socmed. Penting untuk menetapkan batasan dan berhati-hati dalam penggunaan socmed, agar kamu tidak terjebak dalam menelusuri feed tanpa henti.
Karena memosisikan socmed sebagai arsip sejarah hidup, maka hormati dan perhatikan orang lain juga saat menggunakan socmed. Hindari terlibat dalam argumen atau berbagi konten kontroversial yang dapat menyinggung orang lain.
Socmed sebagai Amplifikasi Blog
Tahun 2022 begini kan socmed doank gak cukup yah. Karena socmed itu bukan milik kita, tetapi milik para founder dan investornya, hehe.
Dulu saya sempat berandai-andai bagaimana jika perusahaan-perusahaan seperti facebook, twitter, instagram atau linkedin hilang? Maka kita harus punya arsip (archive) atas konten-konten kita donk jadinya. Saya pikir, punya blog adalah solusi untuk menyimpan konten kita yang bersejarah tersebut.
Tapi tahun demi tahun berjalan, kekhawatiran tersebut makin tidak terjadi. Memang sih, ada yang tenggelam seperti friendster, pinterest, MySpace, Google+, dan lain sebagainya. Namun, kalau kita punya account di socmed yang sudah sangat besar penggunanya, rasanya kegelisahan saya itu semakin tidak mungkin terjadi.
Di sisi lain, punya website atau blog doank juga tidak lagi cukup sekarang ini. Lima belas tahun lalu masih bisa seperti itu. Sekarang harus ditopang dengan socmed sebagai corong untuk mengamplifikasi si konten.
Dulu itu, share blog di jagat maya sangat besar. Sekarang, blog sudah sedemikian kecil sehingga orang lebih fokus di instagram, facebook, atau twitter. Masing-masing exist dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dari sini blogger menemukan bahwa konten panjangnya di blog, lalu socmed sebagai channel untuk mengamplifikasi si konten tersebut.
Socmed sebagai Personal Branding
Kalau kata Pandji, personal brand adalah asosiasi tentang diri kita yang ditangkap oleh orang lain, agar kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Saya mengutip beliau karena saya setuju dengan definisi tersebut.
Misalkan saya ingin mendapat proyek kampanye pemasaran digital, maka saya wajib membangun personal brand saya sebagai seorang digital marketer, sehingga orang-orang lain mau mempercayakan kampanye produk atau layanannya kepada tim digital marketing saya.
Kesimpulan Pendek
Berikut adalah dua hal penting tentang cara menggunakan media sosial dengan cara yang lebih bijak:
- Gunakan media sosial untuk terhubung dengan orang lain dan membangun hubungan yang bermakna. Jangkau teman, keluarga, dan individu lain yang berpikiran sama untuk membentuk komunitas dan jaringan pendukung.
- Waspadai jejak digital Anda dan ambil langkah-langkah untuk melindungi privasi dan informasi pribadi Anda. Tinjau pengaturan privasi Anda secara teratur dan berhati-hatilah dengan apa yang Anda bagikan secara online.
Dengan mengikuti panduan ini, Anda dapat menggunakan media sosial dengan cara yang lebih bijak dan bertanggung jawab, serta memperoleh manfaat dari pengalaman online yang lebih positif dan memuaskan.