Digital Security

Hal-hal yang wajib kita lakukan untuk menghindari doxing serta mempertebal keamanan digital yang lebih baik untuk kita.
Post ini adalah nomor 8 dari 12 dalam serial Digital Citizenship

Belum lama ini ada kawan di grup whatsapp, bertanya soal di mana bisa mengakses orang-orang dari perusahaan jasa telekomunikasi. Dia mengalami penipuan secara daring, dan mengalami kesulitan dalam mengungkap penipunya dalam upaya untuk mendapatkan uangnya kembali. Dia sudah membuat laporan penipuan ke kepolisian.

Baca Juga: Artificial Intelligence dalam kehidupan sehari-hari.

Pengusahaan penerbitan sim card baru untuk nomor lama juga tidak mudah lagi dilakukan oleh orang lain. Istri tidak bisa menerbitkan sim card suaminya; harus ada KTP suami, KK, surat kuasa yang ditandatangani di atas materai.

Berbagai layanan perbankan maupun telekomunikasi sendiri sudah berulang-kali mengingatkan kita semua untuk berhati-hati dalam menggunakan keduanya, agar informasi penting dan kode-kode rahasia (termasuk pin, password, dll) di dalamnya tidak mudah tersebar. Sehingga tidak disalah-gunakan.

Hari-hari belakangan ini, bila kita mengacu pada praktik mengungkapkan informasi identitas tentang orang lain — seperti nama lengkap atau asli, alamat rumah, nomor telepon, nomor jaminan sosial, atau detail lainnya — via akun anonim umumnya bermotif “balas dendam”. Tentu saja hal-hal semacam ini akan menyebabkan kerugian. Kebocoran yang sama mungkin pula disebabkan oleh peretas (hacker) yang dapat mengakses informasi pribadi kita semua di berbagai tempat secara online: Socmed, Blog, Situs web lama, Forum dan diskusi web, Game online.

Ada yang disebut dengan Dox atau doxing (istilah dalam bahasa Inggris yang berarti mencari dan menyebarkan data pribadi seseorang) biasanya mencakup info-info penting, seperti foto pribadi, alamat, kartu kredit dan informasi perbankan dan/atau profil jejaring sosial. Di sinilah pentingnya kita berhati-hati dalam menyebarkan data pribadi kita sendiri. Minimal, untuk mencegah terjadinya vulnerabilities, yaitu celah yang mungkin dimanfaatkan oleh orang lain untuk berbuat jahat kepada kita.

Bagaimana cara menghindari dox?

  • Membuat beberapa nama pengguna dan alamat email. Gunakan nama pengguna terpisah untuk video game dan tagihan. Gunakan kata sandi yang kuat untuk email dan nama pengguna – campur huruf, angka, simbol, dan uppercase/lowercase. Gunakan two-factor authentication (2FA) atau multi-factor authentication (MFA) untuk layanan penting seperti Dropbox, PayPal, dll. Singkatnya, MFA adalah kita bisa login dan menggunakan aplikasi digital di komputer, setelah kita mengauthentikasi diri kita via smartphone.
  • Tingkatkan pengaturan privasi jejaring sosial. Pastikan Anda tahu siapa semua teman media sosial Anda. Sunting profil sehingga kita hanya berbagi dengan teman atau orang yang benar-benar kita kenali. Gunakan pengaturan privasi yang sesuai; konten apa yang bisa dilihat oleh friends/followers maupun konten apa yang bisa dilihat publik. Socmed seperti Linkedin sangat penting untuk bisa dilihat banyak orang (publik), tapi tidak sepenting itu juga untuk mengungkap semua data pribadi di dalamnya.

Hal-hal yang dapat kita lakukan untuk melindungi diri sendiri di jagat daring:

  • Pertama dan terpenting, sadari di mana saja kita meninggalkan jejak digital. Sehingga, kita tahu betul mana saja yang bukan jejak digital kita.
  • Secara rutin, lakukan pencarian (googling) nama kita sendiri untuk memastikan bahwa tidak ada informasi sensitif yang mengungkap diri kita sendiri.
  • Hindari menempatkan informasi sensitif atau identitas di situs media sosial.
  • Waspadai alat yang menggunakan informasi lokasi Anda, geotag, peta (maps) dll, terutama untuk situs yang sering kita kunjungi. Membuat shortcut untuk alamat rumah memang membuat kita lebih cepat dan mudah mengakses alamat sendiri, tetapi lebih rawan untuk disalah-gunakan.

Keamanan (security) diri kita di jagat digital yang sudah terkoneksi ke mana-mana ini menuntut kedewasaan dan ke-awas-an terutama dari kita sendiri.

Kita tidak bisa menghindari penggunaannya, tetapi kita juga harus menyadari bahwa kesalahan sedikit saja, mungkin menjadi celah bagi orang-orang yang berniat jahat kepada kita.

Kejahatan terjadi bukan karena niat jahat semata, tetapi juga karena adanya kesempatan. Waspadalah, waspadalah.

Bang Napi, di suatu program televisi.
Series Navigation<< Digital LiteracyDigital Health >>