Long Stay: Tren Baru Pasca WFA

"Long Stay" sudah lama punya makna tersendiri, yakni tinggal lebih lama di suatu tempat -- alih-alih hanya beberapa hari menginap. Tapi istilah ini memiliki makna baru setelah WFH, WFA, WFB.

This entry is part 22 of 22 in the series Digital Citizenship

Long stay adalah gaya hidup bekerja jarak jauh sambil tinggal lebih lama –biasanya beberapa pekan hingga bulan– di sebuah kota atau destinasi wisata. Konsep ini merupakan “kelanjutan” dari tren Work From Anywhere (WFA) yang populer pasca pandemi.

Kalau dulu kita kenal Work From Home (WFH), lalu muncul Work From Anywhere (WFA), kemudian Work From Bali (WFB), kini banyak profesional Indonesia mulai mencoba tinggal lebih lama di berbagai kota atau pulau untuk menikmati suasana baru namun tetap produktif.

Kenapa Long Stay untuk Profesional Indonesia?

Banyak orang di kota besar seperti Jakarta, Bandung, atau Surabaya merasa penat dengan macet dan polusi. Long stay bisa jadi solusi untuk menjaga kesehatan mental tanpa meninggalkan produktivitas (dan gaji atau bentuk pendapatan lainnya).

Beberapa alasan kenapa gaya hidup ini menarik:

  • Work-life balance → kerja lebih fokus tanpa gangguan khas kota besar.
  • Perubahan suasana kerja –> Ide-ide segar bermunculan
  • Healing sambil kerja → bukan cuti panjang, tapi tetap bekerja. Hanya saja, ini lebih menenangkan.
  • Fleksibilitas karier → banyak perusahaan Indonesia kini lebih terbuka dengan remote working.

Bali: Destinasi Digital Nomad Paling Populer

Bali adalah pionir untuk gaya hidup WFA di Indonesia. Dengan komunitas digital nomad yang kuat, banyaknya coworking space di Canggu dan Ubud, serta café ramah laptop di Seminyak atau Sanur, Bali sudah punya ekosistem lengkap untuk long stay.

  • Canggu → populer di kalangan kreator, freelancer, dan pekerja remote.
  • Ubud → cocok untuk yang suka suasana tenang, budaya, dan alam hijau.
  • Uluwatu → destinasi favorit pecinta surfing dan pantai dramatis.
  • Sanur → lebih santai, ramah keluarga, cocok untuk long stay jangka menengah.

Para digital nomad mencari petualangan di Bali. Pulau ini menawarkan berbagai aktivitas menarik, seperti berselancar, trekking, yoga, dan menjelajahi pura-pura kuno. Di luar jam kerja, para digital nomad dapat menikmati kuliner lokal yang lezat, berbelanja di pasar tradisional, dan bersantai di pantai yang indah. Selain itu mereka juga mencari peluang kolaborasi sesama digital nomad untuk mengerjakan sebuah project atau startup bisnis baru.

Destinasi Digital Nomad Selain Bali

Bali memang unggulan, tapi Indonesia punya banyak destinasi lain yang potensial:

1. Lombok & Gili Islands

Alternatif Bali yang lebih tenang, dengan pantai yang masih alami dan komunitas expat berkembang. Cocok untuk yang butuh ketenangan tapi tetap ingin suasana tropis.

2. Yogyakarta

Kota budaya yang penuh energi kreatif. Banyak café, komunitas seni, dan biaya hidup relatif ramah. Ideal untuk profesional muda yang suka perpaduan budaya dan modernitas.

3. Malang & Batu

Udara sejuk pegunungan dan pemandangan alam indah. Malang juga punya banyak kampus, sehingga suasananya dinamis dan kreatif.

4. Labuan Bajo, NTT

Surga laut dan pintu masuk ke Taman Nasional Komodo. Cocok untuk pekerja remote yang ingin hidup dekat laut dan petualangan alam.

5. Danau Toba, Sumatera Utara

Pemandangan danau vulkanik yang spektakuler plus budaya Batak yang kental. Tempat ini ideal untuk long stay yang lebih slow living.

Akomodasi untuk Stay Longer

Saat memilih tempat tinggal jangka panjang, beberapa opsi populer adalah:

  • Co-living → kamar privat dengan fasilitas bersama, sering jadi pusat komunitas digital nomad.
  • Apartemen bulanan / serviced apartment → nyaman untuk jangka panjang, biasanya sudah lengkap dengan dapur.
  • Guesthouse atau homestay → cocok untuk budget menengah dengan suasana lokal.
  • Villa atau rumah sewa → pas untuk keluarga atau grup kecil yang ingin privasi lebih.

Konsumsi: Beli atau Masak

  • Warung lokal → murah dan cepat, cocok untuk makan sehari-hari.
  • Café ramah laptop → populer di Bali, Jogja, dan kota besar; bisa kerja sekaligus nongkrong. Keunggulannya adalah variasi menu yang tentu saja lebih internasional (western, asian, dst.) Tentu saja cost-nya lebih besar daripada warung lokal.
  • Belanja bahan makanan dan masak sendiri → pasar tradisional lebih ekonomis, supermarket lebih praktis. Biasanya jadi opsi hemat untuk tinggal jangka panjang.

Transportasi Selama Tinggal Lama

Kita bisa stay longer jika alat transportasinya bisa memenuhi kebutuhan kita:

  • Motor sewaan → opsi utama di Bali, Lombok, dan daerah wisata lain.
  • Transportasi online → mudah di kota seperti Jogja, Malang, atau Denpasar.
  • Angkutan umum → masih terbatas di beberapa destinasi, jadi lebih baik pilih akomodasi dekat coworking dan pusat kota (sehingga masih bisa jalan kaki ke sana ke mari.

Coworking Space & Komunitas Digital Nomad di Indonesia

Biasanya Coworking space bukan sekadar tempat kerja, tapi juga menyediakan diri sebagai ruang berkumpul/berkomunitas/ber-networking. Di Bali, ada banyak pilihan dengan fasilitas lengkap (WiFi cepat, meeting room, event networking). Jogja, Malang, dan Lombok juga mulai mengembangkan ekosistem coworking.

Komunitas ini penting karena:

  • Bisa networking dengan freelancer, startup founder, atau kreator.
  • Ada peluang kolaborasi proyek.
  • Interaksi sosial turut mendukung kesehatan mental

Tantangan Long Stay

Sebelum memutuskan long stay, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  • Internet & infrastruktur → belum tentu semua memiliki WiFi yang stabil.
  • Disiplin kerja → jaga ritme agar tidak tergoda liburan terus — surfing, trekking, dll.
  • Adaptasi budaya & lingkungan → bersikap fleksibel terhadap kebiasaan lingkungan setempat, supaya cepat betah dan bertahan lama.

See Also: Long Term Villa Rental in Bali.

Digital Nomad ala Indonesia

Long stay bukan lagi tren milik digital nomad asing. Profesional muda Indonesia juga bisa melakukannya — mulai dari Bali, lalu mencoba destinasi lain seperti Jogja, Lombok, atau bahkan Labuan Bajo.

Dengan gaya hidup ini, kamu bisa tetap produktif sambil healing, membangun networking, dan mengeksplorasi budaya baru. Bukan sekadar liburan, tapi cara baru menjalani hidup dan bekerja di era digital.

Series Navigation<< Kepemilikan Bersama Sebuah Lagu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.