- Mengingat Kembali Eksperimen Menulis Buku dari Blog
- Orphaned Content dalam WordPress
- Kaleidoskop Writing Gue di 2022
- Tiga Jenis Artikel yang Harus Ada di Blog Kamu
- Finding Your Writing Voice
- Tips Mengembangkan Fashion Blog Seperti Sonia Eryka, Olivia Lazuardy, dan Diana Rikasari
- Dua Tipe Penulis. Kamu Tipe yang Mana?
- Effective Proofreading
- Tulis Judul atau Konten Duluan?
- How to Treat Writer’s Block
- Apa Saja Pertanyaan Tentang Blog yang Sering Ditanyakan?
- Cara Menjadi Blogger Profesional dan Menjadi Bos Diri Sendiri
- Mengapa Bergabung ke Blogger Community
- 6 cara konsisten nge-blog
- Tips Melakukan Optimasi Artikel Lama Berdasar Search Console
Salah satu tugas penulis, adalah menyunting tulisannya sendiri. Penyuntingan ini dilakukan setelah setelah proses penulisan – supaya proses penuangan ide tidak bercampur-aduk dengan penyempurnaan naskah itu sendiri.
Alokasikan waktu untuk self-proofread ya. Ketika kamu sudah membaca berulang-ulang kata-kata yang sama selama berjam-jam atau berhari-hari, akan lebih sulit menyadari kesalahan dalam teks tersebut. Berikan jeda 1-2 hari sebelum pemeriksaan akhir. Kalau deadline sangat mepet, jeda setengah jam pun dapat membantu.
Daftar Isi
Editing Tidak Sama Dengan Proofreading
Pasca dari penulis, naskah juga disunting oleh copyeditor di penerbit. Tugas copyeditor agak unik, memang. Satu di antaranya adalah berperan sebagai “ahli nujum” yang berupaya menemukan “apa yang tidak ada”. Misalnya, antar kalimat, paragraf, atau bagian lain dari naskah yang tidak masuk di akal, atau diskontinyu alias berhenti atau tidak nyambung dengan bagian lainnya. Seringkali sebuah teks akan melalui beberapa tahap pengeditan sebelum dikoreksi.
Dalam proses merevisi teks, penyuntingan tidak sama dengan peng-uji-baca-an. Pengeditan dapat melibatkan perubahan besar pada konten, struktur, dan bahasa, tetapi proofreading hanya berfokus pada kesalahan kecil dan inkonsistensi. Selanjutnya, proofreading dilakukan oleh proofreader.
Tahap Akhir Sebelum Penerbitan
Proofreading oleh copyeditor di penerbit merupakan tahap akhir sebelum penerbitan. Jadi di tahap ini, alur (flow) naskah sudah tidak ada perubahan lagi, baik penambahan maupun pengurangan. Sehingga uji baca bisa difokuskan pada memperbaiki kesalahan ejaan dan tanda baca kecil, kesalahan ketik, masalah pemformatan, dan inkonsistensi.

Satu aktifitas yang dilakukan dalam proses proofreading (uji-baca) adalah menemukan kesalahan dalam naskah –agar kesalahan tersebut bisa diperbaiki sehingga naskah menjadi lebih baik. Kesalahan yang dimaksud di sini termasuk kesalahan penggunaan tanda baca, ejaan, konsistensi dalam penggunaan nama atau istilah, hingga pemenggalan kata –di sinilah manfaat belajar suku kata di Sekolah Dasar (SD) dulu.
Proofreading Tools
Peralatan (tools) apa saja yang dipakai untuk proofread? Untuk naskah berbahasa Inggris, ada Grammarly.com (bisa diekstensi ke browser dan langsung proofreading naskah kita di Google Docs), Dictionary.com, Google Translate, Thesaurus.com, Oxford Dictionary. Yang terakhir saya sebut ini adalah buku kamus cetak English-to-English 4th edition (tahun 2011) milik saya.
Dalam menggunakan berbagai perangkat tersebut, kita perlu mengenali elemen-elemen berbahasa yang dirasakan penting dalam suatu bahasa. Sebagai contoh, di Bahasa Inggris, perihal singular (tunggal) dan plural (jamak) ini penting untuk diperhatikan. Salah penggunaan, bisa disemprot oleh para Grammar Nazi; sebutan untuk mereka yang menegur orang yang salah dalam penggunaan grammar.
Untuk Bahasa Indonesia ada KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) dan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, dahulu EYD, Ejaan Yang Disempurnakan). Semua perlengkapan tersebut di atas merupakan alat bantu dalam menulis dan menyunting.
Prinsipnya, bahasa adalah alat berkomunikasi. Poin utamanya bukan soal bahasa yang baku atau tidak baku. Untuk hal tersebut, kita bisa mengacu pada peralatan-peralatan yang sudah disebut di atas. Namun seni berbahasa adalah bagaimana menyampaikan gagasan dengan kata dan kalimat yang dipahami oleh “lawan” komunikasi kita.
Menarik jika kita memerhatikan bagaimana orang-orang kita berbahasa di social media. Di instagram, facebook, twitter, dan socmed lainnya, kita sering banget mengabaikan tata bahasa yang baku. Jenis medium memang mempengaruhi bagaimana bahasa disampaikan. Meski demikian, yang tidak baku gak sepenuhnya salah. Yang utama adalah ketersampaian pesan.
Pentingnya Tata Bahasa
Mengapa dokumen tertulis hampir wajib hukumnya memiliki tata bahasa yang baik? Karena sesudah tertulis di sana, kita tidak akan tahu akan menyebar ke mana. Tidak hanya dokumen, konten blog yang ditulis dengan baik juga enak untuk kita sebarkan pranala-nya ke manapun juga.
Bagi para pelaku usaha, wajib juga hukumnya memiliki proses penatabahasaan yang baik. Ini kaitannya dengan citra (image) profesional si perusahaan. Seberapa serius sebuah perusahaan dalam mengeksekusi proyek/produk, sedikit-banyak bisa terukur dari dokumentasi dan penulisannya. Misalnya, proposal penawaran, laporan proyek, laporan akhir tahun, dan dokumen-dokumen lainnya.
Di beberapa penerbit, ada kepala penyunting (editor-in-chief) yang ditargetkan untuk mencari naskah tambahan dari luar. Posisi ini biasanya cukup senior atau dicari yang berpengalaman. Karena harus punya perasaan dan intuisi yang valid terhadap potensi bisnis dari suatu naskah. Profesi ini sedikit sekali atau bahkan tidak lagi berkutat dengan tata bahasa suatu naskah.
Omong-omong, beberapa di antara kita masih keliru membedakan beberapa profesi yang sering tertukar definisinya satu sama lain: copywriter, copyeditor/editor/proofreader, dan editor-in-chief.
- Copywriter : penulis periklanan,
- Proofreader : pemeriksa naskah
- Editor-in-chief : pemimpin tim editor, serta pencari naskah baru
Tipografi
Kata lainnya adalah komposisi. Jadi bagaimana suatu teks disusun: panjang kalimat, jumlah baris dalam paragraf, dan lain sebagainya agar koheren satu sama lain dan enak dibaca. Tipografi termasuk hal yang wajib diperhatikan para proofreader. Tulisan yang terlampau padat kata, belum tentu jadi sarat makna. Menjadi tugas para proofreader untuk mengefektifkan kalimat tersebut. Jarak antar paragraf yang terlampu dekat juga bisa menyulitkan pembaca.
Tipografi juga meliputi bagaimana penggunaan bullet points dalam menyampaikan gagasan kita. Senada dengan bullet points, image juga bisa dipakai untuk memberikan komposisi yang cantik dalam artikel kita. Di medium yang bisa dipercantik seperti blog, tipografi atau komposisi akan memberikan keterbacaan yang tinggi.
Jangan “Replace All”
Di text editor seperti Microsoft Word, gunakan fungsi “find” dan “replace” untuk memperbaiki kesalahan yang sama di seluruh dokumen. Cara ini lebih baik untuk menghindari penambahan lebih banyak kesalahan yang tidak disengaja.
Koreksi Tulisan Lewat Salinan Fisik
Ada satu manfaat penting dari proofreading melalui salinan fisik, khususnya proofreading untuk buku. Dengan mencetak (print) buku dengan cara biasa, lalu kita memeriksa kata per kata yang tercetak, dengan sendirinya kita ikut merasakan user experience (UX) sebagai pembaca buku. Cara ini tidak hanya demi mengkoreksi tulisan, tetapi juga bagaimana pengalaman pembaca ketika menelusuri kata demi kata, maupun paragraf demi paragraf.
UX itu penting bagi pembaca buku, karena jika terlalu banyak kesalahan, seperti typo dan lain sebagainya, maka pembaca lebih fokus pada “kesalahan” tersebut. Yang apabila jumlah kesalahan ini terlalu banyak dan dominan, mungkin saja mengakibatkan pembaca menjadi “malas” melanjutkan bacaannya tersebut.
Contoh kesalahan yang terdeteksi lewat salinan fisik, di antaranya adalah jarak antar paragraf yang terlampau dekat bukannya menarik, malah membuat “sakit mata”. Contoh lainnya adalah untuk pemeriksaan nomor halaman; agar jangan sampai ada nomor halaman yang terlewat ketika proses pencetakan.
Lihat juga tulisan lain yang terkait:
[…] Effective Proofreading […]
[…] konten. Mulai dari riset, menyusun draft, mengisi dengan word craftmanship, melakukan penyuntingan, proofread, dan sebagainya. Semuanya kita […]
[…] Kunjungi Halaman Effective Proofreading […]
[…] konten. Mulai dari riset, menyusun draft, mengisi dengan word craftmanship, melakukan penyuntingan, proofread, dan sebagainya. Semuanya kita […]