Mengatasi Anak Kecanduan Gadget

Di zaman saya sebagai anak-anak, tantangan tersulit mungkin TV ya. Tetapi, di zaman now, tantangan dalam parenting datang setidaknya dari empat hal: TV, komputer, smartphone dan internet.

Bagaimana menumbuhkan minat baca pada anak?

Pertanyaannya mungkin kurang tepat kali ya. Menurut saya, pertanyaan yang tepat adalah, “Topik apa yang diminati oleh anak untuk dieksplorasi lebih lanjut?”

Pada dasarnya anak sudah punya rasa ingin tahu (curiosity) secara alami. Salah satu cara memenuhi keingintahuan tersebut bisa dengan membaca. Nah, orang tua perlu menyelami si anak, untuk mengetahui topik apa yang ingin didalami. Cara yang selalu berhasil adalah dengan bertanya terlebih dahulu kepada yang bersangkutan.

Pengalaman pribadi saya, topik-topik yang pernah melintasi pikiran dan kemudian dieksplorasi oleh Anak Dua di antaranya adalah: dinosaurus (berikut perkembangan zaman), tata surya (planet, satelit, dll), negara (bendera, bahasa, dll)). Tentu ini contoh saja. Karena ‘pancingan’ dari orang tua berbeda-beda, dan apa yang terpapar kepada masing-masing anak juga tidak sama.

Jadi yang bisa orang tua lakukan adalah memberikan sumber atau referensi yang bisa mereka eksplorasi lebih lanjut — di antaranya buku yang bisa dibaca. Kita perlu mengingat juga bahwasanya buku bukanlah satu-satunya sumber. Di era internet ini, banyak sekali sumber pengetahuan. Kenyataan bahwa kita harus bisa melakukan penapisan (filtering) itu adalah sebuah keahlian yang akan saya bahas di pertanyaan lainnya.

Bagaimana membatasi waktu anak untuk menonton TV?

Televisi (TV) bukan lagi satu-satunya alat informasi dan hiburan. Sekarang semua konten tersebut bisa terakses lewat komputer maupun handphone. Yang notebene, ketiganya sudah dimiliki oleh sebagian besar di antara kita, khususnya kelas menengah kita di Indonesia.

Nah, Bagaimana membatasi waktu anak dalam mengakses satu atau ketiga macam perangkat tersebut?

Namun, kuncinya adalah dengan menyampaikan pengantar (brief) kepada anak bahwa mengakses perangkat tersebut bukan satu-satunya hal yang bisa mereka lakukan.

Masih banyak aktifitas lain yang bisa dieksplor. Untuk anak balita, mengasah motorik halus dan kasar merupakan kewajiban orang tua. Anak-anak yang lebih besar bisa kita arahkan untuk mengeksplorasi kegiatan ekstrakurikuler yang memancing minat mereka, semisal musik, olahraga, bela diri, dan sebagainya.

Adakah batasan waktu bagi anak untuk bermain game di komputer atau internet?

Bermain adalah satu bentuk rekreasi. Tujuan rekreasi adalah menghilangkan kepenatan. Cara lain menghilangkan kelelahan/kejenuhan adalah memaparkan diri pada hiburan (entertainment).

Lagi-lagi, TV, komputer, internet, smartphone adalah alat hiburan (selain alat informasi). Seyogyanya, tidak perlu berlama-lama. Antara 2-4 jam saja per hari seharusnya sudah cukup.

Anak-anak yang menghabiskan waktu di luar kewajaran, karena merasa engaged dengan gamifikasi oleh game, lalu mencapai prestasi tertentu yang ditargetkan oleh permainan tersebut, perlu kita berikan tantangan lebih sulit untuk mereka capai.

Bagaimana mengawasi perilaku anak di rumah agar tidak tergantung pada TV, internet, ataupun handphone?

Semua bentuk hiburan rekreatif tujuannya adalah menghilangkan kepenatan. Selama penatnya sudah hilang, maka anak tidak perlu lagi bergantung pada TV, internet, maupun handphone.

Nah, yang perlu kita sadari, produktifitas pun bisa dilakukan dari barang sekecil smartphone. Merekam video, menyunting gambar, mendesain visual sudah bisa dilakukan dari handphone dengan ribuan aplikasi digital yang tersedia.

Yang perlu kita tekankan kepada anak-anak kita di rumah adalah pencarian hiburan dari ketiga perangkat di atas sifatnya sementara saja. Kalau sudah tidak lelah secara psikis, anak-anak harus didukung untuk sibuk menghabiskan waktu dan produktif membuat sesuatu karya.

Untuk beberapa hal, internet juga diperlukan. Bagaimana pendapat Ayah dan Ibu?

Internet adalah ‘pisau’. Tergantung penggunanya dan untuk apa alat tersebut digunakan. Digunakan untuk mencari dan menggunakan informasi jelas bisa. Seperti banyak video-video DIY (Do It Yourself) di YouTube. Ulasan (review) produk atau jasa. Namun keburukan, kejahatan, pornografi ya juga ada di internet.

Baca juga: 9 Elemen Kewargaan Digital

Salah satu cara mengatasi pornografi adalah dengan mengarahkan diskusi pornografi ke ranah yang lebih ilmiah dan pendidikan gender (sex education). Di antaranya adalah topik reproduksi, mengapa manusia berkembang biak, pembagian peran dan kewajiban di antara lelaki dan perempuan, dst.

Saya kira, hal serupa juga berlaku untuk anak-anak yang terlanjur keranjingan main game online.

Kapan waktu yang tepat untuk memberikan handphone kepada anak?

Dalam konteks orang tua memberikan handphone kepada anak, fungsi handphone adalah alat berkomunikasi antara anak dan orang tua. Fungsi utama ini yang harus dijalankan. Misalnya, mengabari orang tua bahwa sekolah sudah usai dan minta dijemput atau menginformasikan si anak mau berangkat ke tempat les sehingga terlambat pulang ke rumah.

Di sisi lain, handphone bisa memberikan hiburan lewat media sosial seperti YouTube, Instagram, Tiktok itu adalah fungsi sekunder yang tentu saja tidak boleh menyalahi fungsi utamanya.

Nah, seiring dengan akses anak kepada media sosial, kita juga perlu mengingatkan bahwa identitas kita dengan sendirinya terekspos ke dunia luar. Oleh sebab itu, kita wajib menekankan secara berkala bahwasanya identitas kita harus dijaga kerahasiaannya. Mulai dari password, informasi pribadi dan keluarga yang tidak perlu diungkap ke publik, dan lain sebagainya.

2 Comments

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

  1. sekarang sudah muncul gadget ramah anak mas. merek Huawei. selain itu, ada youtube kids. tapi apakah ini sebagai solusi?

    • Bagaimanapun, gadget hanyalah alat bantu. Apapun gadgetnya, bisa ada kebaikan dan keburukannya. Kembali ke kita sebagai manusia untuk menjadikannya sebagai solusi.