Uang bukan segalanya. Tapi segalanya butuh uang.
Keluarga adalah salah satu bentuk institusi juga ‘kan? Namanya institusi, harus pintar mengelola sumber daya donk ya. Supaya survive dan bisa achieve tujuan-tujuannya. Salah satu sumber daya tersebut adalah uang.
Gak sedikit yang bangkrut, atau tidak bisa mengakomodasi kebutuhan anak-anaknya, atau bahkan ‘bubar jalan masing-masing’ karena gagal merencanakan dan mengelola keuangan.
Nah, bagaimana prinsip-prinsip mengelola keuangan untuk keluarga? Berikut ini kita ulas satu-satu, yuk.
Daftar Isi
1. Fokus ke Biaya makan
Ini saya masukkan ke nomor satu, karena banyak yang bisa kita ubah dari kategori ini.
Meskipun harga bahan pokok atau makanan jadi terasa murah, tetapi faktor kali yang membuat biaya makan selalu tinggi. Dikalikan terhadap jumlah anggota keluarga, berapa kali makan, dan di mana makannya, bisa membuat total biaya makan menjadi selangit, lho.
Makanya untuk menaikkan ROI makan di luar, lebih penting “makan sama siapa” daripada “makan pakai apa”. Hehehe.
Beli makanan jadi selalu lebih mahal daripada memasak sendiri. Beli snack selalu lebih boros daripada tidak jajan. Fokus juga pada frekuensi. Sekali seminggu tentu lebih hemat daripada setiap hari. Hehe.
2. Kendalikan biaya ulang tahun
Biaya ulang tahun itu perlu, bahkan wajib. Tetapi tidak usah berlebihan. Jangan terlalu pelit juga untuk memperingati berapa tahun kita hidup di dunia. Sembari merefleksikan apa yang sudah kita lakukan. Lagipula, kalau anggota keluarga sendiri yang ingin ulang tahun kita dirayakan, kita tidak bisa menolak, bukan?
Sehemat-hematnya ulang tahun, menurut saya beli kue saja secara online. Dirayakan di rumah, sembari mengucap syukur dan memanjatkan doa.
3. Gunakan barang bekas
Berburu barang bekas pakai, terutama fesyen menjadi tren di tahun 2020. Artinya, kita tidak perlu ragu dan malu dalam menggunakan produk-produk preloved. Apalagi jika produk tersebut termasuk kategori branded.
Beli kendaraan juga tidak harus baru. Baik sepeda, sepeda motor, maupun mobil. Karena pemilik pertamanya juga tidak menjual kendaraannya dalam keadaan performa yang sudah turun.
4. Pilih Kesenangan yang Tidak Menghabiskan Uang
Main ke taman kota saja. Bukan main ke mall terus. Duduk saja bayar, apalagi bermain di wahana. Selain hanya ada belanja dan ajakan untuk mengeluarkan uang, habisnya uang belum tentu membuat bahagia.
5. Jangan Liburan Asal-Asalan
Asal-asalan dalam hal waktu, itinerary, dan anggaran (budget).
Secara jadwal, jangan liburan mendadak. Rencanakan cuti setahun itu mau dipakai ke mana saja.
Untuk itinerary, lebih baik ke destinasi baru demi mendapat pengalaman baru. Daripada nongkrong dan mager di destinasi yang modal hype doank.
Tetapkan batas maksimal seluruh pengeluaran liburan: tiket, penginapan, oleh-oleh, dan lain sebagainya. Masing-masing pos pengeluaran harus dianggarkan maksimalnya berapa.
Hindari pembayaran dengan kartu kredit. Bukan melarang, tetapi cara pembayaran tersebut bisa membuat kita tak terkendali dalam hal uang.
6. Potong Biaya Rumah yang Rutin
Bila memungkinkan, ganti PDAM dengan air tanah. Di Bandung Raya, biaya mengebor sumur bisa sampai Rp500.000,- tetapi sekali bayar. Biaya rutinnya adalah listriknya pompa air.
Renovasi rumah supaya lebih banyak bukaan (jendela, ventilasi, void, dll) untuk mengurangi penggunaan AC maupun kipas angin. Untuk mensirkulasi udara dan panas, jenis renovasi yang mahal adalah meninggikan bangunan. Harapannya, biaya listrik bisa ditekan.
Supaya rumah bisa lebih terang sembari mengurangi penggunaan listrik, kita bisa memasang glass block dan mengganti sedikit atap dengan yang berwarna transparan.
7. Bicarakan anggaran dan tabungan dengan anak-anak
Anak-anak itu manusia dewasa yang belum sepenuhnya paham soal keuangan. Mulai dari uang sebagai alat tukar, adanya pemasukan rumah tangga, serta alternatif produk atau jasa yang lebih murah untuk dibeli.
Apa saja yang harus dilakukan?
Membuat tabungan khusus anak-anak. Tentu saja tabungan tersebut untuk masa depan mereka: sekolah dan kuliah.
Mengajarkan anak untuk membuat rencana dan anggaran. Tidak melulu berupa uang, ya. Anggaran bisa berarti jatah buku gambar A3 dalam satu pekan.
Saya yakin teman-teman di sini bisa membuat contoh-contoh lain dari analogi buku gambar tersebut.
Yang perlu kita ingat, di sekolah tidak ada kurikulum tentang perencanaan dan pengelolaan keuangan. Jadi, kita sendiri yang perlu belajar dan mengajari anak-anak kita tentang keuangan.
Demikian dari saya tentang tips mengatur keuangan rumah tangga supaya bisa menabung untuk masa depan. Dari teman-teman barangkali ada pengalaman serupa? Boleh dituangkan di kolom komentar ya.
[…] 7 Prinsip Mengelola Keuangan Rumah Tangga […]
Iya kak bener banget, aku pun udah mulai merencakanan biaya pendidikan anak walaupun usianya masih 2 tahun
Karna sadar banget penghasilan melalui suami aja dan biaya pendidikan itu kadang up atau up banget, nah ini yang bikin aku sebagai irt bener2 buat financial planning yg wajib dan khusus setiap bulannya
Kalau vacation wkwk juarang, karna keliling naik motor aja udah seneng habis gitu beli pentol