Strategi Instagram Marketing Tahun 2019

Instagram (IG) makin mantap menempati posisinya sebagai social media yang paling engaging, menurut saya. Hootsuite menyatakan 1 milyar orang di dunia memiliki akun IG. Lima ratus juta di antaranya menggunakan IG setiap hari. Bagaimana dengan Indonesia? Pengguna aktifnya ada 59 juta orang, per Oktober 2018. 72% dari pengguna menyatakan pernah membeli produk yang mereka lihat di IG. No more statistics ya. Too much analysis only give brain paralysis.

Istri saya, disamping main di IG pribadinya, juga mengelola akun bisnis. Makanya tidak bisa lepas dari IG. Mulai dari riset, strategi dan perencanaan detil konten, sampai eksekusi posting.

Saya juga melakukan hal yang sama, actually. Di kantor dan untuk beberapa klien. As you may guess, gak semua orang sanggup pegang akun social media — di luar akun personal dia. Salah satunya adalah, beda jenis social media, maka treatment-nya juga berbeda. Gak mengejutkan, because social media is social. It is really human things.

Salah satu contohnya, teknik mendapat likes-nya jadi bermacam-macam. Di kantor, makin banyak wajah yang nongol di post IG kantor, maka likes-nya juga akan makin tinggi.

Tantangan lainnya adalah mengelola konten. Ada banyak aspek. Perencanaan, pengorganisasian (termasuk penyimpanan), riset konten terus-menerus, sampai dengan penerbitan (publishing), dan pasca-penerbitan. Tidak semua orang bisa menekuni ini. Kuncinya adalah harus selalu bisa come up with new insight(s).

Bijak Menggunakan Hashtag

Banyak pakai hashtag kurang tepat, sih. Seperlunya saja. Yang penting asli relevan dan “kena” sama konteksnya. Bila perlu, lakukan riset tentang hashtag baru apa saja yang bisa ditambahkan. Simply karena selalu ada orang yang search dari kolom explore. Dan dia cari berdasar hashtag.

Hanya memakai hashtag yang follower-nya tinggi? Benar saja. Tapi, tentu saja kompetisinya juga tinggi. Beda dengan hashtag follower rendah. Kita ibarat berenang di Blue Ocean. Positifnya adalah, kompetitornya masih minim.

Seorang rekan di kantor sekarang sempat cerita bahwa misinya perusahaan IG adalah membuat kita user agar tidak tidur. Daripada tidur, mereka berkehendak kita main IG terus.

Alasan pertama dan paling utama menggunakan IG adalah: sekarang hampir semua orang menggunakan IG. Jadi, bisnis dan brand kita juga harus masuk ke sana.

Alasan kedua, IG sebagai part of facebook, memiliki keunggulan dalam hal beriklan. Dengan melakukan pengaturan facebook ads, iklan kita juga bisa ditampilkan di IG. Baik dalam bentuk post, maupun story.

Konsisten Posting

Makin banyak follower, makin wajib berbagi update. Lewat story atau post. Follower kamu masih sedikit? Ayo lebih sering posting. Intinya apa? The point is keep posting consistently.

Biar apa? Membangun ekspektasi dari para follower. Branding is building and deliver expectation (or promise).

Timing posting juga penting. Makin kontekstual si timing ini dengan follower, makin oke. Ada yang oke di jam 12-13 Senin sampai Jumat. Ada juga yang akan optimal di antara jam 6-7 malam.

Filter IG yang paling banyak digunakan adalah Clarendon.

Bisa dicek di sini untuk statistik lebih lengkap mengenai IG yang telah dihimpun dan diringkas oleh SproutSocial.

A note to myself.

Saya membatasi main personal IG.

Yang biasanya saya lakukan: mengecek apa-apa yang dilakukan oleh orang-orang yang saya follow. Konten siapa yang di-like, siapa yang mereka follow. Kategori baru yang belakangan jadi interest saya adalah seputar bullet journal. Saya perhatikan juga tuh, ada post apa perihal BuJo yang baru di-like atau siapa yang baru di-follow, sehingga saya bisa lihat feed-nya. Apakah worth untuk saya follow atau tidak.

Kemudian, saya cek explore. Biasanya mendatangi akun yang bagi saya paling penting: Chelsea FC. Ada post baru apa, ada story baru apa. Intensitasnya cenderung meningkat di hari pertandingan sih. Sabtu/Minggu untuk Premier League, atau Selasa/Rabu di Champions/Europe League. Itu yang resmi dari klub. Informasinya sebatas yang resmi saja. Kalau gosip soal transfer, pemain muda dalam tim, pemain senior yang akan pensiun, banyaknya di akun-akun (tidak resmi) terkait Chelsea.

Habis itu, baru lihat story dari teman-teman yang di-follow. Dilanjutkan dengan post-post di feed. Simpulannya, selalu penasaran, tapi dari story atau post yang dilihat, ternyata tidak juga mengobati rasa penasaran. Daripada menghabiskan sepanjang malam dengan begadang bersama IG –dan tentu saja 5 hari dalam 7 besok adalah hari kerja — lebih baik saya beranjak saja menuju “pulau impian”.

One comment

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.