Padi Reborn, Piyu, dan Jualan Musik Jaman Now

Tepat pada 10 November 2017 lalu, Band Padi dilahirkan kembali dengan nama Padi Reborn.

maxresdefault

Padi ini band masa kecil saya. Sekitar kelas 6 SD saya sering dengar lagu Sobat di radio. Waktu itu kami masih dengar musik dari kaset. Tapi Padi yang waktu itu belum ada kasetnya. Lalu Album Lain Dunia keluar. Saya suka dengan lagu-lagu selain Sobat juga.

Di album berikutnya, ternyata ada lagu berjudul “Lain Dunia”. Kayaknya judul album lama adalah salah satu lagu di album berikutnya. Padi ini pintar mengelola loyalitas fans-nya. Dan benar adanya di album kedua: Sesuatu yang tertunda. Intinya, hampir semua lagu-lagunya Padi saya suka.

Bagi saya, Padi Reborn tidak mengembalikan Padi yang dulu. Setidaknya belum. Saya memahami maksud mereka untuk menandai kembalinya mereka di industri musik tanah air. Instead of sekedar menggunakan nama awal atau nama asli, Piyu dkk menggunakan nama Padi Reborn.

Padi Reborn tampil pertama kali di sebuah konser yang disiarkan langsung oleh RCTI pada 10 November lalu. Selanjutnya mereka akan menjalankan tur konser mini mulai dari Palembang (11 November), Bandung (18 November), Yogyakarta (25 November), dan Makassar (9 Desember). Ada juga konser Padi Reborn di GTV. Saya lupa persisnya tanggal berapa.

Tidak mungkin Padi Reborn kembali hanya untuk bermusik tanpa memperhatikan aspek-aspek bisnisnya. Dapur harus terus mengepul, bukan?

  • Konser di GTV ada sponsor khususnya. Saya lupa brand apa saja. Yang jelas ada dua brand. Selain logo ditampilkan di panggung, TVC nya juga berulang kali ditayangkan ketika rehat iklan.
  • Tur konser mini, biasanya selain didanai oleh sponsor, juga ada dana masuk dari penjualan tiket. Sebagai band legendaris, tentu tiket konser Padi Reborn bisa dijual mahal.
  • Selanjutnya harus rajin bikin single/album baru. Sembari memikirkan strategi dan taktik bisnisnya lagi.

Kenapa Padi dulu vakum? Bahkan sampai 7 tahun. Seakan tidak akan pernah bangkit lagi. Saya tidak tahu persis jawabannya. Mungkin keduanya, atau satu, atau tidak sama sekali dari dua poin berikut ini ada yang benar.

  • Pastinya selera musik sudah bergeser. Secara konten mungkin musik-musik legendaris seperti Padi, Dewa, dll sudah mengecil pasarnya. Bukan di core fans-nya yang mengecil. Namun menambah prospective clients yang semakin sulit. Karena itu tadi, tren selera musik sudah bergeser.
  • Dari sisi bisnis, pembajakan tetap saja sulit diatasi. Sementara konten musik beralih ke digital. Berimbas pada dari mana datangnya duit, serta ke channel mana konten harus disalurkan. Mungkin Piyu khawatir dengan pembajakan? Jelas. Sebagaimana disampaikannya dalam Piyu: from Inside Out.

Sebagaimana kita tahu, KFC kini adalah salah satu saluran penjualan musik digital. KFC butuh added value bahwa restorannya bukan sekedar fastfood dengan ayam goreng tepung sebagai menu utama. KFC ingin lebih relevan dengan anak muda yang jelas-jelas target pasar mereka.

Dan bagi record label, distribusi CD via KFC lebih baik daripada ke toko CD. Bahkan CD-nya bisa bundling dengan paket makanan. Artinya, KFC sudah beli duluan ke record label-nya. Gerai KFC ada banyak sekali. Jualan CD dapat banyak duit dong. Bagi record label, iya. Belum tentu bagi musisinya.

Musikimia

FYI, Fadly, Rindra, Yoyo, bersama gitaris Stephan Santoso membentuk sebuah band bernama Musikimia. Kita sudah tahu tiga nama pertama ini pentolan Padi. Stephan Santoso ini tadinya orang label. Bekerjanya di belakang layar. Baru bersama Musikimia tampil sebagai pemain. Bisa dibilang Musikimia ini orang-orang experienced semua. Jual single dan albumnya jadi lebih mudah. Bukan beberapa anak muda yang sedang coba-coba. Apalagi gitaris Padi sendiri, Ari yang jadi manajernya. Saya suka dengan lagu Kolam Susu. Aransemennya oke punya.

Fadly sendiri pernah bikin dan menyanyikan dua lagu untuk anak-anak. Baca Bukumu dan Kakakku Sayang. Lagunya bagus, kok. Mata saya sampai berkaca-kaca mendengar lagu yang kedua. Untungnya air mataku tidak tumpah.

Brand Padi

Band Padi ini kuat karena punya karakter. berbeda terutama dalam hal alunan gitar yang begitu dominan, vokal si vokalis Fadly yang tidak ada samanya dengan vokalis manapun, serta drummer Yoyo yang punya karakter kuat dalam menabuh drum.

Satu lagi adalah lirik lagu yang dalam maknanya. Konon, Padi menciptakan liriknya dulu, baru menulis komposisi musik yang tepat untuk lirik-lirik tersebut. Dalam hal penulisan lirik, Piyu memang mendominasi. Terlepas cerita tersebut benar seluruhnya atau tidak, sepenggal konten tersebut memang jadi story yang berkali-kali diceritakan oleh Padi.

Piyu

Album Best Cuts of Piyu, menurut saya pribadi tidak lebih baik daripada lagu-lagu yang sama dan dinyanyikan oleh Padi. Album ini pernah dimainkan di NET TV dalam program Musik Everywhere. CMIIW.

Saya sendiri hanya suka lagu Firasat yang dibawakan bersama dengan Inna Kamarie. Dan satu lagu yang dinyanyikannya sendiri dengan piano: Sakit Hati.

Konten lagu yang dibuat Piyu memang berevolusi vokal dan aransemennya. Namun, menurut saya, tidak bisa menggantikan Padi. Karena memang, kebanyakan sudah dinyanyikan oleh Padi. Penyanyi-penyanyi tersebut tidak bisa menyajikannya berbeda tapi lebih baik daripada Padi. Bagaimana Fadly menyanyikannya, bagaimana Yoyok menabuh drumnya, bagaimana aransemen gitar dan bass dari Ari dan Rindra tidak terlupakan dan tidak tergantikan.

*berbeda dengan Sempurna-nya Gita Gutawa yang banyak orang bilang lebih baik daripada Sempurna-nya Andra and The Backbone

Lagu-lagu yang Piyu ciptakan untuk Padi penuh dengan semangat hidup dan optimisme. Setiap lagu yang bertema cinta dalam album-album Padi memberikan makna hidup baru dalam memahami cinta. Dari Piyu, kita tahu bahwa cinta bukan hanya sekadar kata dan cinta tak hanya diam — dari lirik lagu Tak Hanya Diam.

Lagu-lagu yang ia ciptakan untuk Padi punya spirit berbeda dari lagu-lagu yang ia ciptakan untuk para penyanyi lain. Lagu-lagu yang ia ciptakan sekarang penuh dengan lirik melankolis seolah-olah hidup itu selalu dibayang-bayangi depresi dan sakit hati.

Lagu-lagu Piyu yang ia ciptakan untuk Padi selalu hadir dengan konsep matang. Hal itu wajar bila kita melihat rentang waktu dari album pertama sampai kelima. Padi terkenal begitu lambat dalam mengeluarkan album, tapi dua tahun adalah waktu yang pas untuk merenungkan apa yang akan menjadi tema utama dalam setiap album.

Padi sendiri tidak bubar, tapi Piyu sebagai rohnya sedang asyik dengan jalur yang ia tempuh dalam dunianya sendiri. Ia sibuk berbisnis dan menciptakan lagu-lagu untuk para penyanyi lain. Menurut Piyu, karya seni 20%, aspek bisnisnya 80%.

Apa yang dilakukan Piyu, menurut saya lumrah sekali. Realitanya adalah keluarganya butuh penghidupan. Anak istri butuh makan. Dan anak-anak harus bersekolah.

Mengingat kelahiran Padi, memang Piyu adalah single fighter yang berhasil menjual proyek single dan album baru, baru menemukan personil-personil Padi lainnya untuk menggarap proyek tersebut. Single-nya Sobat dengan album-nya Lain Dunia.

Mengingat kelahiran Padi, memang Piyu adalah single fighter yang berhasil menjual proyek single dan album baru, baru menemukan personil-personil Padi lainnya untuk menggarap proyek tersebut. Single-nya Sobat dengan album-nya Lain Dunia.

Piyu berhasil bertransformasi. Tidak mungkin selamanya menjadi pemain. Harus naik kelas, atau minimal berotasi karir. Entah jadi produser, manajemen artis, atau lainnya. Ari, gitaris Padi sendiri berotasi peran menjadi manajernya Musikimia. Bersama para penyanyi yang berbeda, Piyu seperti sedang kejar setoran dalam berkarya.

Kini kita sudah tahu, Piyu sebagai roh-nya Padi sudah kembali. Sekarang Padi Reborn sudah reborn, lantas mau hidup berapa lama lagi?

Baca Juga: Indihome dan Perkembangan Musik Indie di Era Digital Culture.

Referensi:

  • https://www.qureta.com/post/fadly-piyu-dan-padi
  • http://www.rollingstone.co.id/article/read/2017/11/10/140514434/1210010181/opini-jujur-piyu-padi-tentang-ahmad-dhani-stephan-santoso-andra-ramadhan-eross-candra

3 Comments

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.