Royalti dalam Bermusik

Mari bahas royalti musik. Urusan uang memang bisa membuat orang bertengkar. Maka dari itu, sebaiknya disepakati sejak awal.

Ada beberapa macam royalti musik.

Ada royalti atas ciptaan, ada royalti kepemilikan. Kontrak antara label dengan artis berdurasi setidaknya 2 tahun. Tentu bisa juga lebih daripada itu.

Royalti Musik : Kepemilikan Lagu Ciptaan

Lagu bisa berpindah kepemilkan lho, misal, “Kekasih yang Tak Dianggap” tadinya milik Kertas (sekarang Armada), lalu dijual ke Pinkan Mambo. Nah kalo ada yang mau menyanyikan lagu tersebut, maka mohon izin dan membayarnya ke Pinkan. Sejak menjual lagu tersebut, Armada pun tidak pernah menyanyikan lagu tersebut.

Apa yang disebut dengan “lagu”? Sesungguhnya saya juga masih belum paham. Setidaknya, lagu terdiri dari musik dasar dan lirik. Tapi bagaimana dengan lagu yang sudah memiliki aransemen full?

Kasus-kasus terkait:

  • Ariel bikin lirik+musik dasar. Lukman dan Uki menambahkan aransemen. Bagaimana persentase kepemilikan lagu?
  • Noah punya musik, tp blm punya lirik. Akhirnya liriknya dibikin sama ryan d’masiv. bagaimana persentase kepemilikan lagunya?

Noah tuh berani melibatkan sastrawan utk bikin lirik. Secara eksekusi, mereka menjadikan kolaborasi tersebut sebagai story dalam aktifitas marketing-nya. Pastinya ada uang keluar. Mungkin bentuknya beli putus. Kalau bagi-bagi royalti terus-menerus bisa jadi merepotkan.

Performance Royalty

Royalti karena karya tersebut dipentaskan. Baik di panggung atau di karaoke ya sama-sama ditampilkan.

Ketika perform di panggung, apa saja item biaya yang harus dibayarkan? Royalti ke pencipta lagu dan pemilik lagu, yaitu yang memproduksi master lagu tersebut. Kalau ada pemain musik yang dilibatkan akan dibayar sebagai penampil saja. Itu bukan disebut royalti.

Case: bagaimana jika Momo (dulu Geisha) menyanyikan lagunya Geisha? Mungkin dia harus membayar ke Musica selaku pemilik lagu. Tetapi di sisi lain, bisa saja dia menerima royalti atas lagu yang dia terlibat penciptaannya.

Yang biasa terjadi kalau besaran royalti tidak dibicarakan di depan: kolaborasi duluan, jadi lagu, tampil bareng, eh lagunya meledak, baru deh terjadi “keributan”.

Ini saya learning by googling: besaran untuk royalti konser musik yaitu 2 persen hasil kotor penjualan tiket plus 1 persen tiket gratis.

Case: Event Organizer (EO) dapat duit 1milyar dari jual tiket + sponsor. Band dibayar 100 juta. Nah band bagi-bagi ke penulis lagu. Misal 2 juta per lagu. Konon, kalau ex duo Maia/RATU menyanyikan lagu-lagunya Ratu, maka bayar 2 juta per lagu. Misal perform 1 jam bisa nyanyi 10 lagu. Maka 20 juta utk pencipta lagu. Pencipta lagu beda lho ya dengan penampil. Misal lagu Kasih Tak Sampai memang dinyanyikan padi. Tapi penulis itu si Piyu. Jadi Piyu bisa dapat sebagai pencipta lagu dan menerima juga sebagai player-nya Padi.

Lumayan kan jadi pencipta lagu tuh kalo lagunya populer. Makanya ada yg fokus jd penulis lagu seperti Dewiq, Pay, Ade Govinda. Mereka pikir daripada manggung, lebih baik bikin lagu aja. Lumayan. selain royalti bisa saja jual putus. Konon harganya bisa mencapat 100 juta.

Baca juga: Jualan Musik Zaman Now

Bertengkar Akibat Urusan Royalti.

  • Padi itu pernah vakum akibat persoalan royalti ini. Makanya mereka skrng bilang, anggota padi ada 6. Yaitu si manajer mrk yang baru tetapi orang lama.
  • Kasus bagi-bagi royalti ini pernah ramai di industri karaoke. (aturan terkait royalti dari karaokei)
  • Ahmad Dhani menarik diri dari WAMI. Menurut dia, bagi-bagi royaltinya tidak fair untuk si artis.
  • Posan, mantan pemain Kotak Band pernah meributkan soal royalti juga. Kotak berdalih, yang bersangkutan sudah keluar, dan band tersebut tidak memainkan lagu yang dibuat oleh ybs (link).

Peran WAMI

Wahana Musik Indonesia (WAMI) adalah badan pengelola royalti. Perannya menjembatani antara para pengguna lagu dengan seniman-seniman pencipta lagi. Lembaga seperti ini merasa lebih powerful daripada si artis, karena merasa memegang channel ‘kan, sehingga posisi negosiasi lebih kuat di mereka. Lembaga seperti ini ada beberapa, kok. Ada yang “swasta” maupun “negeri”.

Peran Manager

Di antara perannya adalah berhubungan dengan Event Organiser (EO) perihal jadwal dan berapa lagu yang dimainkan. Sebagaimana kita tahu, EO selain sebagai penyelenggara, juga mencari pemasukan dari penjualan tiket maupun dukungan dari sponsor.

Sehingga talent/artist tinggal fokus pada produk lagu dan latihan-latihan untuk meningkatkan performa.

Manager juga berurusan dengan lembaga WAMI atau sejenisnya.

Kontrak Kerja Sama

Case lagi: BCL kontrak 2 tahun dalam kolaborasi dengan Noah. Kenapa pakai tahun? Karena belum tentu collab tersebut ramai. Kalau dikunci dengan angka rupiah, bisa-bisa ada yang rugi. Misalnya, BCL merasa overwork nih, padahal angkanya cuma sekian. Bisa sebaliknya juga: collab-nya ga jalan, sementara BCL dibayar mahal oleh Musica.

Sumber Pemasukan Lain

Di era bukan jualanproduk fisik seperti kaset/CD, Label itu harus kreatif nyari sumber pemasukan. Dulu sempet booming soal ringtone. Tapi pada akhirnya ringtone juga bikin keributan lagi soal royalti.

Jadi, sumber pemasukannya dari ini kira-kira:

  • Konser,
  • Youtube ads (sejak ada AdSense, muncul perusahaan macam Vevo)
  • Spotify,
  • KFC,
  • digital download, dll.

Biaya Promosi

Video Clip (VC) adalah investasi, yaitu uang yang keluar sebagai bagian dari branding dan promosi. Dulu, dalam 1 album, tidak semua lagu dibuatkan VC. VC hanya untuk lagu-lagu yang diandalkan saja. Yaitu yang menarik “gerbong” album. Biaya lain adalah promosi ke radio.

Kalau dulu, belum ada namanya single, yaitu lagu yang terpisah dari album. Jadi sekali rilis, langsung satu album. Sekarang, karena tantangan produksi dan pemasaran musik, maka rilis seringnya dibatas per single saja. Satu single saja masih butuh promosi juga, ‘kan?!

Bagaimana Label-Label Mengelola Para Artisnya

Label itu memperlakukan artis-artisnya tidak sama. Ada yang dimodali besar karena terbukti menghasilkan besar juga. Ada yang dimodali receh dulu karena masih fase “menanam benih”. Sebagai ilustrasi dengan angka-angka yang tidak benar, misal duit 10 milyar. Sekian puluh persennya diberikan ke satu band andalan. Sisanya dibagi-bagi ke 10 band. Itu sebagai ilustrasi saja ya.

Band yang baru lahir direkam di studio biasa. Tetapi (misalnya saja ya), Noah rekaman di Australia, lalu dibuatkan konser 5 negara 2 benua, dibuatkan VC mahal yang melibatkan banyak talents, dst. Sehingga branding-nya jalan banget, alias tiap-tiap yang dikerjakan harus memiliki nilai berita. Supaya “dimakan” oleh wartawan dan ujung-ujungnya ke penikmat musik.

Baca juga: Sang Penghibur, Ekspansi Brand Padi Reborn

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.