Letak Kesamaan Bangunan Properti dan Aplikasi Digital

Lewat tulisan ini, saya berupaya menyajikan kesamaan antara proyek pengembangan-renovasi bangunan dengan proyek pengembangan aplikasi digital.

Dulu saya kurang suka sama per-bangunan. Bukan benci, cuma ga minat aja. Padahal bapak saya suka betul lho. Beliau tuh kalo ngajak jalan pake mobil atau jalan kaki, hobinya memerhatikan dan mengobservasi bangunan. Terutama rumah dan ruko. Entah apa yg ada di pikiran beliau ya.

Years later, saya mgkn baru bisa menyelami pikiran-yg-tak-terucap dari beliau tsb. Saat ini, sy bilang per-bangunan itu menarik sekaligus menantang karena ada unsur project management-nya dan di sisi lain, adalah design. Itu adalah kesamaan-kesamaan dengan apa yang kerjakan saat ini.

Soal desain ini relate banget dengan peran saya selalu system designer di kantor. Jadi dalam mendesain kita tidak hanya diminta estetik saja atau berfungsi saja. Melainkan keduanya harus ada. Untuk menjawab hal tersebut, kita harus memahami dan menyelami seperti apa fungsionalitas dan estetika yang dikehendaki oleh calon pengguna (user).

Apakah semua bisa diwujudkan? Tentu tidak. Menariknya (dan menantangnya?), bukan saya yang mengetahui jawabnya. Apakah secara teknis si desain tersebut possible untuk diwujudkan atau tidak, bukan oleh saya. Melainkan saya harus mencari tahu lagi ke orang yg lebih paham teknis, yaitu developer/programmer. Pertanyaannya seputar apakah desain tersebut do-able utk dikerjakan. Karena ini menyangkut kemampuan teknologi (dan kebisaan si “tukang”) itu sendiri.

Di antara masa-masa saya sebagai anak kecil yg tidak tahu isi pikiran ayahnya sendiri, dengan masa-masa saya sebagai orang tua yang melihat anak sebagai “orang yang tidak perlu tahu soal apa yg saya kerjakan”, saya pernah merenovasi rumah tinggal saya sendiri.

Sulit utk meng-handle dan mengontrol proyek tsb, karena kami ketika itu memilih mempekerjakan seorang pemborong (bahasa lain project manager). Apalagi ketika itu harus menanam pondasi yg baru demi supaya bangunan bisa ditingkatkan. Kami yang merasa tidak paham dan ketika itu tidak mau belajar, mempercayakan (alias memasrahkan) kepada beliau.

In short, realisasi proyek tsb mengecewakan saya.

Jadi, baru beberapa pekan ini sebenarnya, saya mengalami apa yang saya ceritakan di awal tulisan ini.

Yaitu bagaimana kita melihat dan mengkombinasikan fungsi, estetik, kebisaan secara teknis teknologi, kemampuan tukang/programmer, dan ketersediaan material di toko-toko bangunan terdekat (baca: ketersediaan teknologi yg dapat memenuhi ekspektasi pengguna dengan harga terjangkau).

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.