Plus Minus Sekolah Full Day

Mari bahas kelebihan dan keterbatasan sekolah full day, dari sisi ortu dan siswa. Mari komparasi juga dengan durasi pembelajaran di sekolah-sekolah di luar negeri. Serta apakah full day school memiliki kesamaan dengan kurikulum internasional.

Izinkan saya berbagi opini soal sekolah full day ya.

Kita bahas dari sisi “bisnis” sekolah secara umum dulu. Artinya, pertemuan antara supply dari penyelenggara jasa pendidikan dengan anak dan orang tua selaku yang membutuhkan jasa pendidikan.

Jasa Pendidikan

Orang tua siswa membutuhkan mitra kerja dalam menyelenggarakan pendidikan untuk anak. Karena kebanyakan orang tua merasa tidak mampu dalam mengajarkan anak bidang matematika, bahasa, ilmu alam, ilmu sosial, dan lain-lain di rumah.

Sebagai sebuah entitas pemberi jasa, sekolah punya modal awal (yang paling utama adalah bangunan sekolah) dan modal rutin (gaji pegawai sekolah, perlengkapan sekolah, dll). Modal-modal ini perlu “dikembalikan” lewat dana yang masuk ke sekolah yang berasal dari, di antaranya adalah, dana pemerintah, donasi yayasan, maupun uang sekolah yang dibayarkan oleh orang tua siswa.

Bagi sekolah maupun yayasan pendidikan tersebut, “sisa” dari dana yang diterima dikurangi dengan dana yang dikeluarkan, dapat digunakan untuk memperbaiki maupun menambah sarana-prasarana fisik di sekolah, maupun dipakai oleh yayasan untuk membuat sekolah yang baru di titik wilayah yang lain.

Sekarang tentang sekolah full day.

Sekolah Full Day

Sekolah full day sendiri, secara umum, “mentarget” kedua orang tua yang bekerja dan pulang sore, dengan tawaran berupa anak-anak berkegiatan lebih lama di sekolah.

Mari bahas beberapa kelebihan dan keterbatasan dari sekolah full-day (sekolah sepanjang hari) untuk anak-anak dan orang tua. Berikut adalah beberapa poin yang perlu diperhatikan:

Kelebihan Sekolah Full-Day untuk Anak

Berikut ini alasan-alasan mengapa kita bisa memilih sekolah full-day dari kacamata objek jasa pendidikan, yaitu anak:

  1. Waktu belajar yang lebih lama: Sekolah full-day memberikan waktu yang lebih lama bagi anak-anak untuk belajar. Hal ini memberikan kesempatan bagi anak untuk lebih memahami pelajaran.
  2. Peningkatan keterampilan sosial: Dalam lingkungan sekolah full-day, anak-anak memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sebaya dan mengembangkan keterampilan sosial seperti bekerja dalam tim, berkomunikasi dengan efektif, dan membangun hubungan sosial.
  3. Pengembangan diri yang holistik: Sekolah full-day dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih holistik bagi anak-anak, termasuk pengembangan keterampilan artistik, olahraga, dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya.
  4. Rasio guru-siswa di sekolah full-day jauh lebih baik daripada di sekolah negeri. Di sekolah anak saya, 1 guru berbanding 26 siswa. Di sekolah negeri, 1 guru bisa untuk 35-40 siswa. Tentu saja rasio ini menentukan dimensi ruang kelas. Rasio ini penting karena akan berdampak pada tingkat perhatian dari guru ke tiap individu siswa.

Kelebihan Sekolah Full-Day untuk Orang Tua

Tidak hanya bagi anak, sekolah full-day juga dipilih oleh para orang tua karena alasan-alasan berikut:

  1. Waktu yang lebih fleksibel: Dengan waktu belajar yang lebih lama di sekolah full-day, orang tua memiliki waktu yang lebih fleksibel untuk menyelesaikan tugas-tugas dan pekerjaan lainnya.
  2. All-in: orang tua bisa jadi tidak perlu menambahkan les (bahasa inggris, musik, matematika, dll.) di luar sekolah ketika sekolah full day sudah menyediakan. Memang tidak bisa customised per siswa.
  3. Dukungan dari sekolah: Dalam lingkungan sekolah full-day, orang tua dapat mendapatkan dukungan dari guru dan staf sekolah dalam hal pendidikan dan pengasuhan anak.

Namun, ada beberapa keterbatasan yang perlu dipertimbangkan:

Keterbatasan Sekolah Full-Day untuk Anak

Sayangnya, ada keterbatasan dari sekolah full-day yang harus ditanggung oleh orang tua dan anak:

  1. Terlalu lelah: Waktu belajar yang lebih lama dapat membuat anak menjadi lelah secara fisik maupun mental.
  2. Keterbatasan waktu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar rumah: karena anak-anak lebih sering di sekolah, maka memiliki waktu yang lebih sedikit untuk bersosialisasi di sekitar tempat tinggal.
  3. Stres: Waktu belajar yang lebih lama dapat meningkatkan stres pada anak-anak, terutama jika mereka merasa tertekan untuk mendapatkan nilai yang baik.

Keterbatasan Sekolah Full-Day untuk Orang Tua

Tidak hanya pada anak, sekolah full-day juga memberikan situasi yang terbatas berikut ini kepada para orang tua:

  1. Biaya yang lebih tinggi: Biaya sekolah full-day biasanya lebih tinggi daripada sekedar biaya sekolah biasa saja.
  2. Keterbatasan waktu dengan anak: Orang tua mungkin memiliki waktu yang lebih sedikit untuk menghabiskan waktu dengan anak karena waktu belajar yang lebih lama di sekolah. Tetapi ini justru menjadi kelebihan bila kedua orang tua bekerja.

Dalam memilih sekolah full-day, orang tua harus mempertimbangkan kebutuhan dan keterbatasan keluarga mereka serta kebutuhan dan keterbatasan anak-anak mereka.

Baca Juga: Masalah-Masalah Sekolah yang Umum Kita Temui.

Sekolah di Negara-Negara Lain

Durasi pembelajaran

  • Siswa di Jepang belajar dari pukul 08.45 hingga 15.15 atau selama 6,5 jam sehari.
  • Murid di China belajar dari 07.30 dan baru berhenti 17.00. Artinya, siswa di sana akan belajar selama 9,5 jam sehari. Di kota-kota di Tiongkok, sekolah menyediakan makan siang.
  • Siswa di Korea Selatan biasa belajar dari 08.00 hingga 16.00 selama 5 hari per minggu. Sementara pada Sabtu mereka akan belajar setengah hari. Mereka akan beristirahat dari jam 12.30 sampai 13.00. Sekolah di Korea Selatan menyediakan makan siang.
  • Referensi: https://www.kompas.com/tren/read/2023/03/01/061500865/negara-dengan-durasi-jam-sekolah-terlama-di-dunia-indonesia-termasuk-?

Di Finlandia, setiap guru hanya menghabiskan waktu 4 jam sehari di kelas dan punya waktu 2 jam per minggu yang didedikasikan untuk ‘professional development’, menurut Larasindo.

Sepertinya, tidak ada sekolah full day di sana. Soal professional development, berdasar pengalaman saya pribadi, ini erat kaitannya dengan semangat belajar per pengajar profesional tersebut. Faktor pendukungnya adalah adanya pembiayaan professional development dari institusi pendidikan tempat yang bersangkutan mengajar.

Kurikulum Internasional

Apa bedanya kurikulum internasional dengan kurikulum versi suatu negara? Kurikulum internasional seperti Cambridge atau International Baccalaureate (IB)memiliki asesmen yang terstandardisasi di seluruh dunia. Sehingga, hasil asesmennya bisa digunakan untuk melanjutkan ke sekolah-sekolah yang menggunakan kurikulum internasional tersebut.

Berikut adalah konten kurikulum IB berdasar jenjang usia:

  • 3-12 tahun: matematika, sosial, sains, seni, karakter individu, dan olahraga.
  • 11-16 tahun: Pembelajaran yang diberikan menekankan pada bahasa dan sastra, penggunaan bahasa, dan tambahan 5 bidang studi di atas
  • 15-18 tahun: Standard Level yang wajib (6 jam per pekan) dan Higher Level yang opsional (4 jam per pekan).

Apakah sekolah full-day mengakomodasi semua kurikulum tersebut? menurut saya, iya. Namun perbedaan yang saya temukan adalah kesempatan untuk belajar materi-materi yang bersifat opsional dan sesuai dengan minat siswa di tingkat usia SMA.

Bagaimana sekolah full-day seperti madrasah ibtidaiyah (MI) atau Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) mengakomodasi kurikulum karakter individu? Kalau dari pelajaran agama, di sekolah negeri terbatas sekitar 2 jam per pekan. Sementara di MI maupun SDIT full day, pelajaran agama terbagi menjadi beberapa: hafalan Al-Qur’an hadits, fiqh akhlak, bahasa Arab, dan lain-lain yang opsional seperti sejarah kebudayaan Islam.

Lebih lengkap bisa baca di quora ini.

One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.