Intisari Seminar Membangun Kecerdasan Emosional Anak

Seminar "Membangun Kecerdasan Emosional Anak" yang diisi oleh Dra. Eva Delva membahas mengenai pentingnya pengembangan emosi pada anak. Pesertanya ya kami ini, para orang tua yang notabene tidak setiap hari mengambil hikmah lewat belajar. Disclaimer: tulisan ini tidak hanya summary dari seminar tersebut, tetapi ditambahkan dengan referensi-referensi lain.

Seminar diawali dengan penekanan pada keutamaan menuntut ilmu ditekankan, dimana besarnya pahala yang didapatkan dalam hal ini bahkan mampu membuat pejabat untuk meninggalkan jabatannya, atau pedagang meninggalkan dagangannya. Menurut hadits tersebut, para orang yang menuntut ilmu akan didoakan oleh malaikat, ikan-ikan di laut, dan makhluk-makhluk lainnya.

Dalam membangun kecerdasan emosional anak, salah satu elemen pentingnya adalah anak mengenali perasaannya sendiri. Sehingga peran para “gurunya si anak” adalah membantu mereka merekognisi apa yang mereka rasakan. Dalam hal ini, orang tua, guru, dan lingkungan bertindak sebagai guru bagi anak.

Indonesia adalah fatherless country no.3. Ini sering dikutip oleh banyak orang, tapi saya belum menemukan referensi pertama yang menyebutkan hal ini. Daftar negaranya mana saja, mengapa negara-negara tersebut menempat urutan tersebut, indikator-indikatornya apa saja, dan tentu saja apa yang bisa dilakukan oleh pemerintahan di masing-masing negara. Kapan-kapan bisa saya bahas ya.

Fatherless

Fatherless (tanpa ayah) akan memberikan dampak negatif bagi pengembangan kecerdasan emosional anak, di antaranya adalah:

  1. Kehilangan ayah memiliki dampak negatif pada anak, termasuk masalah kesehatan mental dan kesulitan dalam membangun hubungan yang baik dengan orang lain.
  2. Anak-anak tanpa ayah lebih rentan terhadap masalah-masalah seperti kemiskinan, masalah pendidikan, dan masalah kriminalitas.
  3. Pemerintah dan masyarakat harus berkolaborasi untuk mengatasi masalah ketiadaan ayah (fatherlessness) dan membantu anak-anak yang terkena dampak dari kehilangan ayah.
  4. Perlunya dukungan sosial dan program-program yang ditujukan untuk membantu anak-anak tanpa ayah dan membantu orangtua tunggal dalam membesarkan anak-anak mereka.
  5. Pendekatan multi-sektor dan holistik diperlukan untuk mengatasi masalah ini, dengan mengintegrasikan upaya pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.

Pola asuh kolonial yang diterapkan dari generasi orang tua kepada generasi saat ini tidak cocok untuk diterapkan pada anak. Orang tua harus memastikan untuk tidak memaksakan suaranya yang keras dan selalu berkata baik.

Apabila terjadi, ini akan memunculkan kekecewaan dan kesedihan yang terpendam dan akan merugikan kesehatan, rizki, dan kebahagiaan si anak.

Banyak orang yang sering menganggap perasaan tidak penting, padahal perasaan anak harus dikenali, diterima, dan dihargai oleh orang tuanya. Menurut saya, ini tidak berlaku ke anak saja, bisa kita berlakukan pada pasangan juga. Kuncinya ya itu tadi, yaitu mengenali, menerima, dan menghargainya.

Jadi, kecerdasan emosional anak akan dipengaruhi oleh bagaimana lingkungannya mengenali, menerima, dan menghargai perasaan si anak tersebut.

Anak juga harus diajak untuk berpikir, memilih, dan memutuskan sendiri, dan orang tua harus berlaku lembut dan bersikap sabar kepada anak. Melalui Quran Surah Ali Imran ayat 133, kita diajarkan bahwa orang yang dapat menahan marah dan memaafkan orang lain akan mendapatkan surga yang luas.

Oleh karena itu, orang tua harus memastikan untuk memberikan tontonan yang baik dan bermanfaat bagi pengembangan emosi anak. Jargonnya adalah “Tontonan yang memberikan tuntunan“.

Self-Talk dan Me-Time

Positive self-talk dan waktu “me time” sangat penting bagi pengembangan emosi anak. Bersihkan niat dan fokus pada tujuan menyekolahkan anak. Perasaan manusia harus diterima dan dihargai, dan sebagai orang tua kita harus bisa memahami perasaan anak.

Berikut ini adalah cara-cara melakukan self-talk secara positive:

  • Identifikasi kebiasaan negative self talk. Mulai dari kapan atau di momen apa biasanya kita melakukan ini. Untuk orang yang sering melakukan self talk negatif, ini bisa terjadi secara spontan tanpa disadari. Dengan mengidentifikasinya, kamu bisa berjaga-jaga untuk menahan diri agar nggak berkata negatif kepada jiwamu sendiri.
  • Cari lingkungan pergaulan yang positif. Karena lingkungan pergaulan juga memberi dampak pada cara kita bertindak. Dengan memiliki teman-teman yang positif, mereka juga bisa membantu kita dalam mencari solusi dari masalah.
  • Beri dirimu sendiri afirmasi yang positif secara konsisten. Alhasil, kita perlahan bisa membangun kebiasaan positive self talk.

Beberapa manfaat me-time demi kesehatan mental pribadi:

  • Memberikan kesempatan otak untuk beristirahat, menjernihkan pikiran, mengurangi stres, sekaligus merevitalisasi tubuh
  • Meningkatkan konsentrasi dan produktivitas karena pikiran jadi lebih jernih. Bisa mengetahui apa yang benar-benar diinginkan diri sendiri dan lebih mengenal diri sendiri
  • Dapat kesempatan untuk berpikir lebih mendalam sehingga bisa lebih efektif untuk memecahkan persoalan
  • Setelah me time, orang jadi lebih menghargai hubungan dengan orang lain, sehingga kualitas hubungan dengan orang lain jadi meningkat

Kapan me-time valid untuk dilakukan, berikut adalah beberapa situasi dan kondisi yang mendorong kita untuk me-time dengan segera:

  • Ketika semua hal terasa membosankan
  • Ketika sering bicara sekenanya tanpa berpikir ulang
  • Ketika selalu merasa lelah
  • Ketika mudah cemas
  • Ketika selalu ingin bersembunyi dari orang lain

Baca juga tulisan lain saya seputar Mental Health.

Referensi:

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.