
Artificial Intelligence, disingkat AI, alias kecerdasan buatan sudah banyak berperan dalam kehidupan kita sehari-hari. Yang paling sering kita temukan di antaranya adalah:
Daftar Isi
Mesin Pencari.
Baik milik Google dan perusahaan sejenis, maupun e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, Lazada, dll biasanya mereka menerapkan Artificial Intelligence ke dalam produk mereka. Singkatnya pasca mengumpulkan seluruh keywords yang dicari ke dalam sebuah database yang sangat besar, mereka juga “melatih” keywords tersebut guna memunculkan rekomendasi keywords yang baru kepada pengguna yang melakukan pencarian.
Pekerjaan rutin berikutnya adalah bagaimana memberikan hasil seakurat dan secepat mungkin kepada pengguna. Salah satu di antaranya adalah mengklasifikasikan keywords berdasarkan jumlah pencari ata kedekatan hubungannya dengan keywords yang lain.
Layanan Musik dan Film Daring
Misalnya di Spotify maupun Netflix, sering memberikan rekomendasi berdasar musik atau film yang kita dengar/tonton.
Kalau di Netflix, kita juga diinfokan soal “New Releases” yang baru dipublikasikan di Netflix
Kita juga diinfokan tentang film yang sedang populer bagi pengguna yang memiliki kesamaan identitas dengan kita. Kesamaan tersebut di antaranya berdasar asal negara film, bahasa yang digunakan, tema film, dan lain sebagainya. Misalnya saya menonton niche tentang kriminalitas, maka saya akan mendapat rekomendasi soal film lain bertema kriminalitas.
Media Sosial
YouTube bukan layanan film daring, tetapi sebagai social media yang menyediakan konten audio-video, bagi saya YouTube itu menyebalkan. Karena AI-nya tidak bekerja maksimal dalam memuaskan saya sebagai pengguna, hahaha ?
Alih-alih mendapat rekomendasi yang baru dan menyegarkan, saya merasa hanya mendapat rekomendasi yang itu-itu saja. Bukannya mendapat pencerahan dan terbukanya pikiran, saya merasa tetap seperti katak dalam tempurung yang jarak pandangnya segitu-gitu saja dan hanya melihat hal-hal yang itu saja.
Algoritma aneh lain dirilis oleh Twitter dan Instagram(?). Kita disodori oleh akun-akun yang tidak kita follow. Bahkan kita kesulitan menebak kesamaan antara akun-akun yang direkomendasikan tersebut dengan following kita saat ini.
Virtual Customer Service
Mengingat begitu banyaknya pertanyaan atau komplain yang mungkin diajukan oleh pelanggan kepada brand, maka dengan teknologi AI, dibuatlah suatu layanan konsumen virtual. Implementasinya meliputi pertanyaan apa saja yang sering muncul (FAQ) dan pengembangan halaman jawaban yang memungkinkan pelanggan untuk self-help.
Lewat virtual customer care, keberadaan manusia sebagai customer service (CS) bukannya dihilangkan sama sekali lalu digantikan oleh robot. Melainkan tetap ada manusia di ujung workflow (aliran kerja) CS secara keseluruhan, khususnya untuk menjawab kasus-kasus rumit yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Secara umum, keberadaan CS virtual berupa robot AI ini memang mengurangi head account yang bekerja sebagai CS, sehingga mengurangi biaya penyelenggaraan customer service oleh perusahaan/brand.
Conversational AI
App yang tersedia saat ini masih harus didesain dan dikustomisasi conversation flow-nya, namun sudah sangat mengurangi headcount yang terlibat. Tanggapan atau jawaban dari user/customer didesain tidak untuk sulit dipahami, karena user/customer cukup memilih dari jawaban yang disediakan. Kembali ke home (halaman awal) merupakan opsi terakhir yang bisa dipilih oleh user/customer. Sekali percakapan sudah didesain dan diintegrasikan ke dalam app, maka customer sudah bisa mendapatkan layanan yang dia butuhkan tanpa perlu berinteraksi dengan human agent.
Business owner mencari solusi ini di antaranya disebabkan personil CS yang resign, sementara mengajarkan CS baru tidak mudah dan tidak bisa cepat. App conversational AI adalah solusi bagi pemilik usaha.
App conversational AI ini biasanya disertai dengan halaman FAQ. Jadi user/customer dimungkinkan untuk mencari jawaban di FAQ page dulu sebelum chatting dengan robot conversational AI.
Virtual Assistant
VA yang dimaksud tersedia di platform mobile. Sudah ada Siri di iOS, dan ada VA lain di Android. Olah teknologi yang paling utama dilakukan adalah implementasi voice untuk melakukan pencarian maupun melaksanakan perintah lain yang disampaikan lewat voice (suara). Selain optimasi struktur bahasa (karena disampaikan secara lisan) juga pengucapan kata oleh banyak pengguna guna mencapai kejelasan kata yang ditangkap oleh mesin VA.
Baca Juga: Having Fun dengan ChatGPT di Hari Lebaran.
Digital Marketing
Di satu sisi, big data perihal perilaku pengguna (user behavior) aplikasi digital dikembangkan berdasar social media maupun cache di website. Di sisi yang lain, perusahaan social media dan pengiklan (seperti Google) mengembangkan AI berdasarkan big data user behavior tersebut guna mengoptimasi distribusi iklan dari pengiklan. Sehingga pengiklan terpuaskan akan iklan yang terdistribusi tepat sasaran kepada target market.
Writing Assistant
Contohnya grammarly. Ini adalah brand yang fokus menjadi asisten dalam penulisan berbahasa Inggris. Grammarly bisa diimplementasikan di browser, sehingga segala teks english yang kita ketikkan di berbagai teks editor (email, formulir, dsb.) akan dikoreksi oleh aplikasi berbasis AI ini.
Konfigurasinya bisa kita sesuaikan dengan kebutuhan kita selaku penulis. Baik itu untuk tulisan serius/formal, tulisan bisnis, maupun bentuk atau tujuan tulisan yang lain. Kalau tulisan bisnis ‘kan harus efektif dalam penyusunan kalimat.
Saran Pengelolaan Keuangan
Di TMRW, sebuah neobank dari UOB, AI-nya bekerja berdasar histori kita dalam melakukan penyimpanan dan pengeluaran uang. AI tersebut kemudian merilis suatu saran-saran seputar bagaimana menyimpan dan menghabiskan uang yang lebih baik lagi.
Rekrutmen dan Kinerja SDM
Dalam bidang sumber daya manusia, AI dapat membantu proses rekrutmen dengan menyaring CV secara otomatis (berdasar job requirements), melakukan analisis kompetensi (melalui skill dan experience yang tertera di CV), hingga mengidentifikasi kandidat yang paling top performer sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Bahkan ada platform yang all-in termasuk fitur mengirimkan offering letter kepada kandidat terpilih.
Selain itu, AI juga dapat digunakan untuk memantau produktivitas karyawan dan memberikan insight terkait pengembangan karir mereka.
Mengingat data para kandidiat akan di-pooling di satu folder, tentunya aspek security harus cukup baik untuk mencegah data-data pribadi tersebut disalahgunakan.
Manajemen Klaim
Sistem Manajemen Klaim di Rumah Sakit (RS). Sistem ini mengotomasi pengajuan klaim, mengurangi kesalahan manual, dan memastikan ketepatan waktu, dengan pelacakan dan pelaporan real-time. Dengan data-data yang sudah digital, fitur analitik yang sudah berbasis AI kemudian akan membantu mengidentifikasi pola penolakan klaim dan memastikan kepatuhan regulasi, sehingga arus kas RS dapat menjadi lebih lancar.
Inventori
Analitik berbasis AI bisa membantu prediksi proyeksi permintaan, mengoptimalkan stok, dan mengurangi pemborosan, memastikan persediaan yang cukup tanpa kelebihan stok. Analisis menyeluruh yang memberikan pandangan holistik tentang inventaris korporat, mendukung optimalisasi pengadaan, logistik, dan pelacakan siklus hidup inventaris.
Diagnosis Penyakit
Dengan bukti-bukti pemeriksaan pasien yang terintegrasi dengan Rekam Medis Elektronik (RME), bila dipadukan dengan NLP (Natural Language Processing) yang menafsirkan data-data klinis namun tidak terstruktur, maka fitur AI bisa menyusun rekomendasi untuk dokter yang menangani pasien. Upaya ini merupakan bagian dari memaksimalkan penggunaan data yang ada.
[…] Baca Juga: Artificial Intelligence dalam Kehidupan Sehari-Hari. […]
[…] ini sudah ada (1) Design Thinking (2021) (2) System Design, (3) AI di Sekitar Kita, (4) […]