Ini tulisan istri saya. Perihal memilih kasur tidur, yaitu salah satu benda furnitur. Silakan disimak ya.
Malam semakin larut dan aku masih berkutat di depan laptop maupun HP. Agak aneh ya untuk seorang ibu rumah tangga, yang sama sekali nggak ada pekerjaan kantoran ataupun side job menulis, untuk berkutat di depan laptop maupun handphone terlalu lama.
Bukan, bukan karena memantau berita soal ricuhnya UU Cipta Kerja yang baru saja disahkan. Beberapa hari ini, saya memang jadi lebih sering ber-laptop maupun ber-HP ria, demi mengakses marketplace, Youtube, maupun Google, dalam rangka survey kecil-kecilan mencari bunk bed dan kasur untuk si kembar. Yang tepat guna dan tepat budget tentunya.
Dua hari ini full survey tentang matras untuk si kecil. Matras yang saya cari berukuran 90 x 200 cm dengan ketebalan maksimal 11 cm. Nah, setelah melakukan survey harga di marketplace, ada nih satu produk yang bikin pengen buru-buru di-check out keranjang belanjaan aja. Tapi survey belum selesai.
Hal yang perlu kita pastikan saat berbelanja online bukan hanya harga, namun deskripsi produk yang akan kita beli. Di tulisan ini saya ingin mencatatkan kembali point-point penting agar tidak terlupa.
Sejujurnya, saat saya mulai tergoda untuk check out barang dari toko A tadi, ada point yang lupa tidak saya perjelas, karena informasi yang tercantum dalam deskripsi masih ambigu.
Baca juga: Pengalaman Belanja Online di IKEA.
Berikut hal-hal yang perlu kita perhatikan dalam memilih kasur:
Daftar Isi
1. Beli kasur matras, atau topper?
Apa bedanya kasur, matras, maupun topper? Kasur biasanya sudah termasuk “kaki” kasur ataupun dipannya. Meski tidak semua brand mengartikan seperti itu. Sedangkan yang dimaksud matras adalah bagian kasur yang empuk (tidak termasuk dipan maupun kaki/ambalannya.
Lalu topper itu apa? Nah, sebagian kasur, terutama yang jenis springbed, biasanya membutuhkan tambahan berupa topper untuk memberikan kenyamanan lebih. Topper ini bisa terbuat dari memory foam, lateks, atau campuran keduanya.
Meskipun saat ini sudah banyak kasur hibrida, springbed dan lateks atau double memory foam pada bagian atasnya, banyak orang yang pilih menambahkan topper untuk mempertahankan kenyamanan saat tidur.
Tidak sulit untuk membedakan produk kasur, matras, maupun topper karena biasanya sudah dicantumkan dalam judul dan deskripsi produknya.
Topper Kasur
Topper kasur adalah tambahan yang diletakkan di atas kasur untuk meningkatkan kenyamanan tidur. Topper kasur terbuat dari berbagai macam bahan, seperti busa memori, lateks, bulu angsa, atau campuran serat sintetis. Bahan-bahan ini menawarkan tingkat kenyamanan yang berbeda-beda, dan pemilihan tergantung pada preferensi tidur dan anggaran. Topper kasur biasanya dilengkapi dengan penutup yang dapat dilepas untuk dicuci, sehingga menjaga kebersihan dan kesehatan kasur.
Kelebihan utama dari topper kasur adalah meningkatkan kenyamanan dan dukungan kasur, serta membantu meringankan nyeri dan sakit punggung. Topper kasur juga dapat membantu mengurangi gerakan tidur, sehingga pasangan tidur tidak terganggu oleh gerakan satu sama lain. Selain itu, topper kasur juga dapat memperpanjang umur kasur dengan menahan kotoran dan bahan-bahan lain yang dapat merusak kasur.
Sebaiknya topper kasur digunakan ketika kasur terasa kurang nyaman atau saat ingin meningkatkan kualitas tidur tanpa harus membeli kasur baru. Topper kasur juga cocok untuk digunakan di kamar tamu, di mana kasur mungkin kurang nyaman untuk tidur. Namun, perlu diingat bahwa topper kasur bukan solusi jangka panjang untuk masalah kenyamanan tidur yang mendasar, seperti kasur yang sudah tua atau tidak mendukung tubuh dengan baik. Jadi, jika kasur Anda sudah terlalu lama digunakan atau mengalami kerusakan, sebaiknya dipertimbangkan untuk membeli kasur baru yang lebih nyaman dan mendukung tidur Anda.
2. Pilih kasur apa: springbed, busa/foam, atau lateks?
Untuk menentukan matras apa yang kita cari, kita mesti menentukan dulu siapa yang akan menggunakannya. Apakah kita sendirian, atau berdua dengan pasangan atau saudara, atau justru beramai-ramai dengan anak, atau untuk anak-anak sendiri. Memangnya penting, ya? Tentu saja.
Misalnya, kasur springbed digunakan bersama dengan pasangan, ketika pasangan melakukan gerakan, maka pergerakan dari pasangan akan sampai ke kita. Sehingga dampaknya mungkin akan membuat kenyamanan saat tidur berkurang. Bayangkan kalau bobot pasangan di atas 100 kg, hehe 😀
Manakah bahan baku matras yang terbaik untuk tubuh? Tentu saja saya rekomendasikan lateks. Namun kasur full latex bisa jadi cukup mahal (umumnya 10 juta ke atas untuk ukuran 200 x 160).
Bagaimana dengan busa/foam dan springbed? Busa/foam dan springbed masih cukup nyaman digunakan oleh kita yang menggunakan kasur tersebut sendirian, dan memiliki berat badan cukup ideal.
Springbed kurang cocok untuk anak-anak, mengingat anak-anak sangat suka memfungsikan matras seperti trampolin. Pegasnya akan mudah rusak.
Sementara kasur busa tidak terlalu nyaman untuk melompat karena tipenya meredam gerakan. Selain itu, kasur busa banyak yang dibuat dari bahan kimia yang mungkin saja dapat memicu alergi pada anak.
Latex? Tidak mudah rusak jika anak-anak melompat-lompat di atasnya dan mampu menopang pengguna dengan berat badan berlebih.
4 Kelebihan Latex daripada Busa
Berikut ini 4 kelebihan latex daripada busa, dihimpun dari kompas.com
- Tahan tungau. Serangga ini tidak memakan lateks yang terasa pahit bagi mereka.
- Tahan air. karena berbahan dasar dari getah karet, dengan kadar lateks >80% maka selama itu pula kasur tidak rusak karena air (keringat, tumpahan air, dll).
- Tahan lama. Lateks cenderung lebih tahan bertahun-tahun dibandingkan busa. Semakin tinggi kadar lateks, kian lama pula daya tahannya. Kebanyakan produsen lateks berani memberi garansi sampai bertahun-tahun.
- Lebih Bernapas. Kasur dari lateks biasanya memiliki lubang. Lubang ini dibuat supaya tingkat elastisitasnya tetap terjaga. Semakin tinggi kadar lateks, kian besar lubang-lubang yang diciptakan oleh produsen. Karena memiliki lubang-lubang, maka kasur lateks mudah dialiri udara sehingga lebih sejuk.
3. Latex sepertinya pilihan terbaik, tapi cukup menguras kantong. Ada pilihan lain?
Saat ini banyak kasur hibrida — bahan bakunya campuran. Gabungan antara pegas, foam, dan latex, ada. Ada pula gabungan antara foam dan latex. Tinggal disesuaikan dengan siapa penggunanya, berat badan pengguna, serta anggaran (budget). Oh ya, juga sesuaikan dengan tempat tidurnya.
Misalkan, untuk tempat tidur bunkbed, sebaiknya gunakan matras ataupun topper berukuran tebal minimal 10 cm. Jika kita menggunakan matras dengan ketebalan 20-25 cm ke atas, tingginya dapat melebihi pagar ranjang dan terlalu berat untuk ranjang tipe bunkbed.
Bunkbed biasanya mampu menahan beban statis 100 kg per susunnya. Nah berat matras yang berukuran 20 cm ke atas (jika menggunakan material yang serba bagus seperti full latex atau pegas + foam + latex), biasanya berat matrasnya sudah 20 kilogram ke atas.
Begitu pula jika menggunakan dipan yang materialnya particle board (bukan kayu solid), akan kurang tepat jika kita menggunakan kasur full latex dengan ketebalan 20 cm.
Produk dengan harga tinggi biasanya membutuhkan produk komplemen dengan harga tinggi juga. Wow ? (sambil intip isi dompet)
4. Bagaimana cara memilih kasur busa yang bagus?
Ini penting namun jarang kita sadari. Biasanya saat memilih produk, yang pertama kita cek adalah harga, yang kedua adalah brand. Padahal spesifikasi produk juga sangat penting.
Permasalahannya, kadang di marketplace, tatkala memilih kasur kita menemukan suatu produk dengan brand sama, ketebalan sama, ukuran luasnya juga sama, tetapi harga berbeda jauh.
Jika terjadi yang seperti itu, sebaiknya cek lokasi tokonya dan konfirmasikan pada seller mengenai spesifikasi produk ya.
Misal, ada dua produk sama-sama brand Ino*c, ukurannya sama, dijual di toko yang sama maupun berbeda, tapi harganya berbeda jauh. Coba tanyakan pada seller, berapa nilai densitas (density) masing-masing produk.
Nilai density menunjukkan massa jenis busa yang digunakan. Makin tinggi nilainya, makin padat kasurnya, sehingga kemampuan menopang tubuhnya juga semakin baik.
Misalkan, latex memiliki nilai density 80 ke atas. Sementara kasur busa biasa, bisa memiliki nilai density mulai dari belasan hingga 40. Untuk busa rebonded, biasanya nilai densitynya dimulai dari 40.
Berapa nilai density kasur busa yang baik untuk tubuh? Sekali lagi, tergantung penggunanya. Beberapa orang memilih kasur busa dengan nilai density 30 keatas.
5. Tertarik membeli topper tapi yang latex? Cek dulu lapisannya!
Di awal saya mengatakan sempat tertarik ada suatu produk tapi jadi urung. Kenapa? Jadi, awalnya ada topper yang ukuran serta ketebalannya sudah sesuai dengan harapan saya. Disitu tertera keterangan 100% natural latex.
Saya pikir, Oh ketebalan 10 cm itu 100% latex ya? Hmm, murah juga ya harganya. Kemudian saya bandingkan dengan produk B yang merupakan topper latex juga, dengan harga selisih 500ribuan, ketebalan selisih 2 cm.
Di produk B ini saya mendapatkan informasi bahwa dari ketebalan 10 cm itu, lapisan latexnya 2 cm, dan sisanya adalah lapisan foam dan quit (sarungnya).
Disitu saya jadi bertanya-tanya, lantas yang produk A tadi, dengan ketebalan total 10 cm, berapakah ketebalan lapisan latex-nya? Dan setelah ditanyakan lebih detil lagi, saya baru tahu bahwa ketebalan lapisan latexnya juga 2 cm.
Apakah produk A lebih buruk dari produk B? Belum tentu. Apakah produk A jatuhnya lebih mahal dari produk B? Belum tentu juga! Kita bisa perjelas dengan menanyakan kualitas foam yang digunakan, berapa nilai densitynya. Makin tinggi nilai density, semakin tinggi pula harganya.
Apakah keterangan 100% natural latex di toko A itu pembohongan? Tidak. Toko yang menjual produk A memberikan deskripsi yang jujur, bahwa lateks yang digunakan 100% natural latex. Tapi bukan berarti ketebalan segitu itu full latex 100%. Dimengerti ya? 🙂
6. Point terakhir adalah budget. Berapa lama kita membutuhkan kasur atau matras ini?
Setiap kasus menghasilkan keputusan berbeda. Biasanya, jika kasur yang kita butuhkan berukuran 200 x 160 cm ke atas, itu berarti kita akan menggunakannya dalam jangka waktu cukup lama.
Membeli kasur yang memberikan jaminan garansi 12 tahun ataupun lebih, dengan spesifikasi yang mendekati sempurna, adalah keputusan yang baik. Untuk itu, survey dulu harganya. Jika dana masih kurang, kita bisa menunda dan menabung dulu.
Sedangkan untuk kasur berukuran single, kasur digunakan di lantai (biasanya untuk mencegah bayi jatuh dari tempat tidur yang tinggi), dan kasur untuk ranjang bunkbed anak-anak, biasanya tidak memerlukan kasur yang terlalu tebal dan hanya akan digunakan dalam waktu 5-10 tahun.
Untuk ini kita dapat memilih kasur dengan ketebalan 10 cm. Bisa menggunakan matras busa / kasur busa dengan nilai density yang cukup tinggi (26 ke atas, karena anak-anak biasanya tidak berat), atau menggunakan topper dengan ketebalan 8-10 cm yang lapisannya terdiri dari latex dan foam.
Baca Juga: Panduan Memilih Matras Kasur untuk Dipakai Sendiri.
[Tambahan] 7. Green Tea Latex vs Natural Latex
Green tea latex dan natural latex keduanya adalah bahan yang digunakan dalam pembuatan kasur, namun memiliki perbedaan dalam sifat dan kegunaannya.
Green tea latex kasur dicampur dengan ekstrak teh hijau yang bermanfaat untuk kesehatan kulit. Sementara natural latex kasur dibuat dari lateks yang diambil dari pohon karet.
Kasur green tea latex memiliki sifat antibakteri dan antijamur yang kuat, serta lebih lembut dan mudah menyerap kelembaban. Sedangkan kasur natural latex lebih tahan terhadap goresan dan robekan, serta lebih tahan lama.
Dalam pemilihan antara kasur green tea latex dan natural latex, perlu dipertimbangkan kebutuhan individu dan preferensi. Jika ingin mendapatkan manfaat kesehatan kulit tambahan, kasur green tea latex mungkin lebih cocok. Namun, jika lebih mengutamakan daya tahan dan kekuatan, kasur natural latex mungkin lebih tepat.
Baca Juga: Kelebihan Tempat Tidur Minimalis dari Cellini
[Tambahan] 8. Busa Rebonded vs Latex
Pertimbangan saat memilih antara kasur busa rebonded dan kasur latex tergantung pada preferensi individu dan kebutuhan. Jika ingin membeli kasur yang lebih murah dan memiliki tingkat kenyamanan yang lumayan, kasur busa rebonded dapat menjadi pilihan. Namun, jika membutuhkan kasur yang tahan lama dan nyaman, serta memiliki sifat elastisitas yang baik, kasur latex mungkin lebih cocok.
Selain itu, kondisi kesehatan juga dapat menjadi pertimbangan saat memilih kasur. Jika memiliki masalah kesehatan seperti sakit pinggang, maka kasur latex mungkin lebih disarankan karena memberikan dukungan yang lebih baik untuk tubuh. Namun, jika membutuhkan kasur untuk tamu atau untuk digunakan hanya sesekali, kasur busa rebonded mungkin menjadi pilihan yang lebih praktis.
Nah sekian hasil survey saya selama beberapa hari ini. Semakin jelas informasi yang kita dapatkan, semakin kita tahu kasur tipe apa yang kita butuhkan. Semoga bermanfaat!
Baca juga tulisan lain dalam kategori JOURNAL ya.
[…] Baca Juga: Tips Memilih Kasur. […]
[…] Baca juga: Tips Memilih Kasur. […]
Jadinya beli merk apa tipe berapa?
Saya masih galau.
Mau beli topper latex. Atau kasur orthopedic yg ada lapisan latex buat di lantai. Tp sayangnya yg orthopedic g bisa di lipat atau digulung.
Ada rekomendasi topper latex yg bisa dipake di lantai?
Kalau mau cari yang bisa digulung, berarti topper latex (bisa full latex, atau campuran yg ada lapisan latexnya). Kalau difungsikan sbg kasur lantai, coba dicari yang ketebalannya 10 cm. Bagian bawah sebaiknya tetap dialasi karpet karet supaya dinginnya lantai tidak tembus ke atas.
Ada beberapa merk yang menyediakan kasur lantai yg memiliki lapisan latex seperti domi, dunlopillo, naturatex, dst. Beberapa toko di marketplace juga menjual latex lembaran dengan variasi ketebalan dan jasa merakitkan dengan covernya yang lebih custom.
Jangan lupa setiap mau membeli produk, dicek kasur tsb terdiri dari lapisan apa saja dengan ketebalan masing2 brp cm. Agar sesuai dengan ekspektasi kita.