SEO for EdTech

Mari kenali bisnisnya lebih dahulu.

EdTech adalah education technology. Bisa disebut juga startup teknologi di bidang pendidikan.

Banyak di antara EdTech adalah platform penyedia macam-macam kursus.

Ada yang B2B menawarkan ke lembaga pendidikan seperti sekolah, perusahaan. Ada yang B2C langsung ke user perorangan yang mau upgrade diri. Misal kursus tentang desain UI/UX, programming, data analyst, dsb.

Atau menawarkan bimbingan belajar (bimbel) ke siswa sebagai user – dengan orang tua sebagai yang membayar.

Technical SEO

Technical SEO itu mengoptimasi aspek technical yang mempengaruhi user experience, terutama mobile experience – sekarang ini kan serba mobile yah. Tadinya ada AMP (Accelerated Mobile Page) yang merupakan framework-nya Google. Jadi, berbagai website menggunakan framework tersebut untuk mengakomodasi experience menggunakan mobile devices.

Contoh, WordPress yang memakai plugin AMP biasanya dia bikin page baru, maka URL-nya juga baru. Setelah app-nya mendereksi apakah call-nya itu dari desktop atau mobile. If mobile, then dia provide versi AMP.

Crawl Management

Crawl management adalah upaya-upaya SEO untuk “menyetir” bagaimana mesin pencari merayapi (to crawl) website, termasuk bagaimana si mesin tersebut bernavigasi dari satu page ke page yang lain.

Mengingat keunikan yang paling signifikan dari marketplace training/kursus adalah adanya 2 jenis pages: product detail pages & category pages. Sehingga, merekayasa crawl management untuk kedua macam pages tersebut menjadi vital sekali.

Cara saya ada empat:

  • Hyperlink ke category page
  • Hyperlink ke product detail page
  • Related page links (ditambahkan secara manual untuk menghindari orphaned page)
  • Online related page (bisa diimplementasikan lewat script, untuk memperbaiki user experience dan memperbanyak internal link)

Web Structure

Yang saya lihat jadi “masalah” adalah klasifikasinya, yaitu masuk di suatu kategori, tapi melupakan kategori lain.

Misal, Excel masuk di “spreadsheet” tapi tidak masuk di “data analysis”. Padahal, ada user yang melakukan data analysis dengan Excel.

Oleh karena itu, categories atau klasifikasi kelas-kelas yang ada harus tepat. Kita akan bisa melakukan ini dengan baik kalau kita paham jalan pikiran customer. Lagi-lagi melamukan customer journey adalah never ending activity.

Meta description di tiap kategori dan di tiap kelas. Sifatnya memperkenalkan kategori dan kelas tersebut sehingga user aware dan paham apa yang ditawarkan.

Content Amplification

Outreach

Berupaya “mengadakan” hyperlink. Baik lewat kompetisi blogging, maupun lewat bikin konten yang insightful banget (misal berupa infografis), yang kemudian di-repost oleh akun-akun social media lainnya.

Punya produk sertifikasi itu bagus ya. Karena customer akan posting sertifikat berikut dengan “dari mana” mereka memperolehnya. Jadi promoting website utamanya ‘kan di social media for professional, seperti Linkedin.

Yang demikian bukan termasuk SEO, tapi something yang harus dikerjakan juga di zaman LinkedIn begini. Sifatnya yang organik, from user to user, membuat upaya marketing-nya tidak terasa direkayasa banget.

Social Media

LinkedIn tentu saja. Practice-nya sudah saya sebut di atas. Jadi, digital marketing saat ini minimal memainkan website dan social media.

Masuk ke studi kasus, yuk. Lewat YouTube, DewaWeb meraih calon pelanggan lewat branded event yang diberi cap “DewaTalks”. Dari sini, setidaknya dapat email ya kan. Event ini juga menjadi cara untuk mempertahan existing subscribers lewat materi yang berbeda-beda. Mulai dari teknis seperti security sampai dengan yang terkait bisnisnya sendiri, semisal digital marketing.

Studi kasus lain. Melalui Instagram, Revou itu berusaha mendapat social mention dari akun-akun ber-followers besar. Dengan demikian, setidaknya Revou mendapat mention balasan dari akun-akun tersebut.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.