Ada framework “tua” yaitu AISAS yg pertama-tama hadir di era internet. AISAS singkatan dari Attention, Interest, Search, Action, Share.
Ada juga framework lain yang cocok untuk sales pipeline, yaitu AAARRR (Awareness, Acquisition, Activation, Retention, Referral, dan Revenue).
Kalo disambungkan dengan Content Marketing, berarti tiap-tiap journey dari customer yang mesti “diisi” dengan konten dari sisi kita, yaitu pihak marketer.
Bagaimana membuat konten untuk masing-masing fase dalam customer journey tersebut? Kita coba bedah satu-satu ya.
Daftar Isi
Awareness
Aware berarti user menyadari kehadiran brand kita. Sehingga, kita perlu melakukan upaya-upaya untuk mendapat attention mereka.
Attention
Attention-grabbing headlines. Artinya, buat headline yang menarik perhatian.
ChatGPT bisa jadi tool untuk eksplorasi headline yang clickbait.
Salah satu cara mendapatkan Attention adalah dengan mengeksplorasi pain points-nya user.
Cara lain untuk membuat target customer aware dengan brand kita via content marketing adalah dengan meletakkan brand di judul artikel atau hook konten video, dll.
Gunakan kata-kata emosional yang nge-hook ke minat user.
Contoh-contoh hook:
- Inilah Resep Lezat yang Bisa Kamu Coba di Rumah!
- Rahasia Tersembunyi: 5 Trik Make-up yang Akan Membuatmu Tampil Memukau
- 8 Ide Kreatif untuk Membuat Ruangan Kamu Menjadi Lebih Menarik
Kalau sudah aware, tinggal tertarik atau tidak (interested or not).
Bagaimana mendapat interest? Kita lanjutkan.
Consideration
Setelah calon customer sudah aware dengan brand kita, selanjutnya adalah dia tahu penawaran/fitur/kelebihan brand kita, sehingga dia akan mempertimbangkan (to consider). Makanya disebut fase consideration.
Interest
Customer sudah dengar brand kita. Tetapi mereka belum mengetahui brand kita ini terasosiasi dengan janji/komitmen (promise) yang mana sih.
Contoh, sabun cuci yang promise-nya adalah bersih, wangi, dlsb.
Maka berikan data, statistik, atau fakta lain yang bernilai positif dan mengambil perhatian mereka.
Story yang menggugah minat user. Kalau sudah pernah dengar brand kita, cerita menarik adalah tentang apa yang kita perjuangkan. Itu salah satu alternatif ketika mengangkat brand story.
Alternatif lain adalah mengangkat cerita tentang satu pain point yang dialami oleh user, di mana brand kita datang sebagai hero (pahlawan) untuk mengatasi pain point tersebut.
Makin banyak calon customer yang “relate” dengan pain point tersebut, maka brand kita semakin mendapat interest dari pasar.
Bisa dikatakan, pain points ini bisa dipakai untuk mendapat awareness maupun interest.
Fitur mana yang mau dijanjikan (to be promised)? Yaitu fitur yang menjadi solusi untuk mengatasi problem customer.
Fitur yang bisa diangkat selanjutnya adalah fitur yang merupakan diferensiasi daripada kompetitor.
Dari sini, kita bisa membuat konten perbandingan. Bahwa meskipun mirip atau bahkan sama si fitur utamanya, namun tetap ada perbedaan (fitur maupun asosiasi) lain ketika dibanding-bandingkan.
Nah, bagaimana caranya supaya smooth tanpa menjelek-jelekkan brand sebelah? Coz, kita kan akan bertemu juga dengan kompetitor di organisasi/asosiasi ataupun rak-rak penjualan (misal produk consumer) ya kan.
Transaction
Transaction, yaitu fase yang mendorong customer melakukan action.
Action
Gunakan kata kerja yang “membujuk” user untuk melakukan action. Lewat website, aplikasi, atau social media, ada beberapa call to action (CTA) yang bisa kita susun hierarkinya sebagai berikut:
- CTA untuk lebih dikenal/viral (like, follow, subscribe, comment, share the content / social media)
- CTA agar customer mempertimbangkan lebih lanjut (baca sekarang, download now, watch now) dengan consume konten-konten perbandingan dulu (before after, testimoni, e-book, dll.)
- CTA agar customer segera mengeksekusi pemesanan dan pembayaran (buy now, rent now, masukkan kode promo, klik link affiliate ini, diskon terbatas, dst.)
Sejauh ini rasanya sudah cukup lengkap. Tentang bagaimana menghubungkan framework customer journey dengan content marketing.
Jika ada saran atau sanggahan, boleh dibagikan di kolom komentar. Sementara ini, saya undur diri dulu. Tabik.
[…] marketing-for-content-creators/ […]