Jangan Iri dengan Keberhasilan Orang Lain

Katanya, jangan iri dengan keberhasilan orang lain.

Ternyata, malah harus iri ya dengan keberhasilan orang lain. Kesimpulan: sering-sering aja kalau begitu.

Lupa Lihat Bawah

Yang sering lupa adalah melihat ke bawah. Saya sendiri sering hitung-hitungan kalau ke sekitar. Misalnya masjid sebelah rumah atau Yayasan Yatim di RW sebelah.

Padahal kepada masjid besar yang sudah menjadi pembina bagi masjid lain, meski jaraknya beberapa kilometer dr rumah, malah saya dahulukan. Dengan nominal yg signifikan, bahkan.

Dari Motivasi ke Action

Balik ke “iri dgn keberhasilan orang lain”, itu adalah cara yang tepat sebenarnya ya. Bahwa dgn itu kita memotivasi diri untuk menjadi lebih baik.

Dari rasa iri kan bisa menjadi kepo ttg bagaimana kesuksesan itu diraih.

Tahu bagaimana meraih sukses itu satu hal ya. Namun, kita tahu sendiri bahwa action itu ada di “seberang tebing”. Perlu banget menyeberangi jembatan utk bisa mengkonversi ‘know how to’ menjadi ‘act the action’.

Batas-Batas Ke-Berlebihan

Tapi yg tidak baik adalah yg berlebihan.

Muncul pertanyaan: kapan iri telah menjadi sesuatu yang berlebihan, negatif, bahkan toksik?

Jawabannya: saat perasaan iri bertahan terlalu lama, menyebabkan kemarahan atau kebencian, hingga merusak kesehatan mental.

Berarti rasa iri terhadap keberhasilan orang, kalau terjadi secara berlebihan, malah merusak ya. Misal kita menjadi marah atau benci kepada orang yang sukses tersebut.

Anti Feedback

Berbahaya juga ketika kita alergi pada feedback dari orang lain. Khususnya dari mereka yang lebih jago. Saya yakin bahwa sikap defensif atas feedback dari orang lain tidak akan membawa kita ke mana-mana.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.