Mungkin topik tarif freelance ini paling ditunggu-tunggu, ya. Haha.
Saya pribadi, as penjual dan pembeli juga memberi bobot tinggi sama pricing ini. Sebagai konsumen, mau cocoknya kayak apa juga, kalo gak sesuai budget bisa batal beli. As penjual, saya juga gak mau dibayar murah. Apalagi dianggap murahan. Makanya topik ini penting banget untuk saya share.
Pertama-tama, bisa dimulai dengan tarif mandays dulu sewaktu masih kerja kantoran. Itu kalau anda pernah kerja kantoran. Misal dulu gaji Rp4,4juta. Berarti mandays anda Rp200ribu. Karena sebulan kerja itu sekitar 21-22 hari. Dengan catatan anda kerja senin-jumat. Kalau kerjanya senin-sabtu bergaji Rp2,5juta maka per harinya sekitar Rp100ribu. Tapi yang terakhir ini gak yakin ada deh. Itu cuma permisalan aja untuk menghitung tarif harian.
Bisa juga mulai dari harga di pasar freelance. Seperti di sribulancer.com, freelancer.co.id, dan sejenisnya. Harus diingat bahwa yang menyodorkan jasa pertama kali di sana, memulainya dengan angka yang menyedihkan. Misalnya, desain logo Rp50ribu. Penulisan artikel Rp20ribu. Lucunya, ada saja yang berani membayar. Tapi bagaimana lagi, demikian kan hukum supply-demand bekerja.
Harga supply-demand sebenarnya harga berdasar pada produk/layanannya. Ini kategori kedua.
Kalau sukses mulai dari pasar freelance, bisa lha menaikkan harga sedikit demi sedikit. Intinya, naikkan harga setelah dapat trust (kepercayaan) dari klien yang sama. Jangan mudah pindah klien. Lebih susah dapat klien daripada mengerjakan proyek baru dari klien lama. Jadi lebih baik sama klien lama, dengan harga yang dia tawar sedikit, dan pembayaran lancar. Daripada harus cari klien baru terus. Bukannya melarang sama sekali, ya. Tapi ada kombinasi sehat yang mesti kita pelihara. Misal 4-5 klien lama + 1 klien baru.
Bicara soal content, untuk klien lama atau baru sebenarnya jelas banget bedanya. Ini kaitan sama kerjaan fotografi, desain, menulis, dsb ya. Makin lama kita bareng dia, maka makin kenal juga kita sama mereka. Makin dalam pula pemahaman (understanding) kita terhadap mereka. Pastinya ini memudahkan kita untuk menemukan deep insight (wawasan mendalam) tentang konsumen/user/reader mereka. Dari sisi mereka, makin betah mereka sama kita, berarti semakin minim upaya mereka untuk mengurus kita dari waktu ke waktu. Simply karena mereka sudah engage banget sama kita.
Harga bisa lebih tinggi, kalau kita menawarkan proses kerja yang sistematis, jelas dan mudah dimengerti. Contoh, freelance yang mantan jurnalis biasanya jelas banget tuh cara kerjanya. Turun ke lapangan ambil data, atau cari referensi sekunder dari buku, artikel (termasuk googling), dsb. Baru menyusun tulisan, editing, review sampai proses rilis. Jadi, temukan metodologi kerja kita, sempurnakan (alias buktikan) dengan latihan dan proyek terus-menerus. Kemudian jadikan metodologi tersebut sebagai nilai jual kita. Sehingga kita bisa memasang tarif yang lebih tinggi dari sekitar kita.
Faktor ke sekian, perhatikan isi kantong calon pembayar. Kalau kantongnya dalam, maka bisa lha kita kalikan 2-3 kali lipat. Saya perhatikan, ini orang tertentu saja. Kebanyakan klien saya, gak di kategori seperti ini. Mungkin ini merefleksikan pasar besarnya ya. Bahwa hanya 5%-10% aja yang bisa membayar lebih.
Pendekatan mandays itu satu hal. Semua yang disebut di atas itu manhour/mandays/manmonths. Karena sudah ada proses yang jelas, berikut dengan waktu (dan proposinya) yang kita upayakan. Sementara itu, pendekatan dari produk/service-nya sendiri itu lain pendekatan. Nah, dari kedua kategori harga tersebut, saya ambil harga tengahnya. Demikian pengalaman saya.
Terakhir, jangan lupa sediakan ruang untuk negosiasi. Kalau saya, dialokasikan sampai 30% untuk dinego. Jangan terlalu rapat ruang negonya. Bahkan dari harga yang saya kehendaki, itulah yang saya naikkan sampai 30%. Sambil berharap, akan deal di harga sekitar 85%-90%. Hehe. Misal, kita harap deal di Rp700ribu. Maka sebut harga pertama di Rp1juta.
Hahaha. At the end, saya gak akan mengeluarkan angka, ya. Balik lagi ke anda pribadi. Mau merilis di nilai berapa. Intinya, hati-hati dalam memasang harga. Harga yang ketinggian masih bisa diturunkan. Harga yang udah kelewat rendah, susah dikatrol naik.