Bekerja Cara Lama vs Cara Baru

Cara-cara kita sekarang ini bekerja lebih bervariasi. Karena cara lama masih tetap exist, dengan tambahan beberapa cara-cara yang baru.

Jangan khawatir. Cara baru tidak sepenuhnya menggantikan (to replace) cara lama. Lebih tepatnya, cara-cara kita sekarang ini bekerja lebih bervariasi. Karena cara lama masih tetap exist, dengan tambahan beberapa cara-cara yang baru.

CARA LAMAvsCARA BARU
Perjalanan jauh menuju kantor (commute)vsBisa bekerja dari mana saja (anywhere)
Pekerja ada di tempat bekerja dan harus berada di sana selama waktu tertentu
(sychronous part)
vsPekerja bisa bekerja di mana saja pada waktu kapan saja (asychnoronous apart)
Fokus pada masukan (input)vsFokus pada hasil/keluaran (outcome)
Bergantung pada pegawai tetap yang penuh-waktu (full-time)vsPunya alternatif pada pekerja paruh-waktu (part-time) maupun lepas (freelance)
Empat perbedaan cara lama vs cara baru dalam bekerja

Tentu saja tidak semua pekerjaan bisa sepe.rti itu. Petani/pekebun masih harus pergi ke sawah/kebun. Pengebor minyak bumi masih harus ke lep..as pantai. Security masih harus mengamankan gedung dan manusia di dalamnya secara fisik.

Namun demikian, tidak semua orang harus pergi bekerja secara fisik di tempat kerjanya masing-masing. Ada posisi-posisi pekerjaan yang tidak harus pergi ke kantor, ke pabrik, ke lokasi pertambangan, dan lokasi-lokasi lain yang harus dijangkau secara fisik.

Selama hasil pekerjaan tersebut bisa didigitalisasi dan aman (secure), selama itu pula orang tidak harus pergi bekerja ke kantor. Misalnya pekerjaan-pekerjaan administratif maupun keuangan.

Bila karyawan bekerja dari rumah, sebenarnya ada beberapa penghematan yang bisa dilakukan perusahaan: air dan listrik bangunan, air mineral untuk minum, ruang parkir, ruang kerja, sewa bangunan, dan lain sebagainya. Hasil dari penghematan tersebut akan bisa digunakan untuk keperluan lain perusahaan, di antaranya adalah dikembalikan lagi kepada para pekerja.

HR Wajib Berubah

Fokus pada Outcome. Kalau tadinya produktifitas secara umum diukur dari berapa jam masuk kantor atau masuk pabrik, maka ke depan produktifitas harus bisa diukur dari keluarannya. Cara-cara hybrid paling mungkin dilakukan dalam implementasinya. Karena produktifitas tidak hanya diukur secara umum atau per perusahaan/institusi, melainkan juga per individu dan per bagian. Demi keadilan dalam pengukuran, maka jumlah jam kerja (dan durasi lembur) per pekan juga tetap diukur dan menjadi pertimbangan.

Omnisource. Bahwa kontrak employment tidak melulu full-time. Magang (internship), freelance, part-time semakin bisa digunakan. Tinggal daya dukung berupa mentorship dan dokumentasi pembelajaran yang harus semakin dikuatkan. Semua itu dilakukan dengan tetap menerapkan prinsip berkeadilan untuk para pekerja. Karena pekerja adalah yang paling lemah dan paling rawan untuk dikelabui, maka para HR harus tetap menggunakan hati dan memiliki empati dalam memberdayakan manusia untuk bekerja di perusahaan/institusi.

Employee Wajib Beradaptasi

Fokus pada Outcome. Situasi pekerjaan semakin menantang. Fokus pada nilai lebih kita sebagai karyawan pemberi jasa untuk perusahaan dibandingkan dengan karyawan lain.

Omnisource. Jangan terpaku juga dengan satu income lewat full-time sebagai pegawai tetap. Tambahan juga pemasukan lain lewat freelance maupun part-time. Mengatakannya mudah, melaksanakannya yang sulit. Tapi saya yakin kita semua sedang berproses.

One comment

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.