Jangan Langsung Coding, Mulai dari Computational Thinking untuk Siswa SD

Populernya IT startup, programming menjadikan materi coding latah dikursuskan atau dibuat ekstrakurikulernya di sekolah. Simak yuk, apa sih yang sebenarnya lebih utama menjadi pondasi untuk siswa SD?

Awal semester ini saya melihat sekolahnya anak-anak menawarkan ekstrakurikuler pemrograman (coding). Harganya Rp800.000,- untuk 10 pertemuan.

Saya jadi wondering ya, apa saja yang diajarkan dalam 10 pertemuan tersebut. Terutama adalah apakah ada perangkat lunak (software) yang diajarkan kepada para siswa SD tersebut

Saya kepo seperti itu karena pemrograman kan membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi alias yang tercakup dalam High Order Thinking Skills (HOTS).

Lalu saya mencari tahu ke para senior -yang putra-putrinya sudah berkuliah- mengenai materi apa yang cocok untuk siswa SD. Rupanya materi tersebut adalah “Computational Thinking” (CT) alias berpikir ala komputasi. Materi ini terdiri dari 4 sub materi, yaitu decomposition, pattern recognition, abstraction, dan algorithm.

Yuk kita bedah satu demi satu.

Decomposition

Sesuai namanya, dekomposisi berarti menguraikan sesuatu menjadi sub-sub yang lebih kecil. Bayangkan jika kita memiliki suatu alat berupa kaca pembesar (loop). Dengan alat ini kan kita bisa melakukan zoom-in sehingga bisa memahami sub-sub yang lebih kecil dari sesuatu hal.

Misalnya, kita mendekomposisi nasi goreng menjadi apa saja bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan.

Pattern Recognition

Dari sub-sub tersebut, kita coba kenali ciri-ciri yang ada sehingga bisa kita kelompokkan lebih lanjut. Dengan kata lain, untuk mengenali (to recognize) dan mengelompokkkan (to group) berdasar pola-pola (pattern) yang ada.

Dalam contoh nasi goreng, rekognisi polanya berupa nasi sebagai bahan pokok; ayam atau telur sebagai lauk, bawang-bawangan dan cabai sebagai bumbu, dan saus tomat sebagai pemberi warna merah.

Abstraction

Berikutnya adalah abstraksi, artinya memilih dan menetapkan sub-sub mana yang dirasa penting. Ini bisa dilakukan dengan suatu aktivitas penapisan (filtering) maupun penyortiran (sorting). Namun, perlu diingat bahwa tujuan yang berbeda, mungkin menjadikan abstraksi yang dilakukan didasarkan pada prioritas yang berbeda.

Misalnya, nasi goreng pedas fokusnya pada penggunaan cabai yang banyak, nasi goreng seafood fokus pada penggunaan cumi dan udang.

Algoritma

Terakhir adalah algoritma, yaitu penyusunan alur aktivitas (activity flow) berdasarkan abstraction, pattern recognition, dan decomposition yang sudah dilakukan sebelumnya.

Pada kasus nasi goreng, bagaimana memasak nasi goreng di atas kompor gas tentu berbeda dengan nasi goreng yang dimasak di atas tungku tradisional (anglo). Atau, nasi goreng untuk 1 porsi berbeda dengan nasi goreng untuk 5 porsi.

Ekspektasi Orang Tua

Omong-omong soal persepsi orang tua terhadap apa itu pemrograman, masih banyak miskonsepsi. Seakan-akan coding hanyalah implementasi algoritma lewat perangkat lunak. Padahal, sesungguhnya pemrograman itu dimulai dari analisis dan desain produk yang akan dibuat dengan jalan implementasi kode-kode pemrograman.

Nah, makin baik pemahaman anak akan computational thinking, maka semakin tinggi pula kemampuan mereka dalam analisis, desain dan implementasinya.

Sehingga, sebenarnya kita para orang tua tidak perlu terburu-buru dalam menghendaki anak untuk bisa mengimplementasi kode-kode pemrograman lewat software. Karena, dengan dasar-dasar CT saja, kita sudah bisa menilai apakah siswa yang bersangkutan memiliki bakat di bidang pemrograman atau tidak (tentu saja, tidak bakat bukan berarti tidak boleh bekerja keras untuk mempelajarinya ya).

Lalu, bagaimana jika ortu dan anak berminat untuk melanjutkan ke aktivitas praktik? Sesungguhnya ada aplikasi-aplikasi digital seperti Scratch maupun Roblox Studio. Scratch ini tersedia secara offline, online di browser, maupun versi mobile-nya. Roblox Studio sendiri adalah software untuk membuat game-game di Roblox.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.