Bekerja dan Berwisata Jangka Panjang di Balikpapan

Sekarang ada trend tinggal berlama-lama (2-4 pekan) di suatu kota tanpa meninggalkan pekerjaan – alias membawa pekerjaan ke tempat ‘liburan’. Di tahun 2025, ini sangat mungkin dilakukan berkat adanya skema-skema seperti WFH, WFC, dll. Sebagaimana yang bisa kita lihat di lokasi-lokasi seperti Canggu, Ubud, Denpasar, dll.

Bagaimana dengan Kota minyak Balikpapan, apa saja akomodasi, konsumsi, maupun transportasi yang bisa menjadi pilihan?

Akomodasi

Di kota ini ada banyak hunian eksklusif dalam kategori yang biasa disebut “guest house”. Sewanya bisa bulanan seperti kamar kost pada umumnya, namun juga bisa pekanan, maupun harian. Tentu saja ada Guest House syariah yang request kepada tamunya untuk menunjukkan buku nikah jika tinggal bersama pasangan lawan jenis.

Konsumsi

Kuliner lokal dengan lokalitas tingkat tinggi di Balikpapan adalah seafood (berbagai jenis ikan, kepiting, udang, dll) yang sebenarnya menjadi ciri khas kota ini. Di samping menu-menu kuliner seperti nasi kuning bumbu habang khas Suku Banjar, bihun (biasanya juga dijual bersama cenil), lontong sayur (yang tidak seperti lontong sayur padang), soto Banjar, dan lain sebagainya.

Selain kuliner lokal, juga ada kuliner khas yang levelnya sudah me-nasional. Misalnya bubur ayam khas Bandung yang saya kira sebarannya mulai ada di tiap kelurahan. Kalau nasi goreng, khasnya di sini yang berwarna merah; bisa jadi itu nasi goreng malang atau nasi goreng makassar.

Sebagai kota besar, Balikpapan tidak pernah kekurangan kafe. Baik yang didirkan oleh warga lokal maupun brand-brand yang populer di tingkat nasional seperti Kopi Kenangan, Tomoro Coffee, Fore Coffee, dlsb. Dari warga lokal, ada Hitam Manis (Hitman) yang memiliki beberapa cabang di kota ini. Satu di antara pilihan view yang ditawarkan ketika nongkrong di kafe adalah pemandangan teluk Balikpapan di mana kapal-kapal tongkang hilir mudik mengangkut batubara.

Transportasi

Selain ojol, baik motor maupun mobil, bus juga semakin mendominasi di kota-kota besar. Ini tanpa menghilangkan angkutan kota (angkot) sama sekali ya.

Di balikpapan, online transportation-nya ada Grab, Gojek, dan Maxim.

Kalau di Jakarta kan selain ada busway, angkot dipertahankan dalam bentuk jaklingko. Di Balikpapan kita masih membayar tunai ke tukang angkot – yang sebenarnya rawan tidak dikembalikan. Kalau di balikpapan, busnya diberi ‘cap’ Balikpapan City Transport (Bacitra/BCT).

Destinasi

Alun-alun kota adanya di Lapangan Merdeka (LapMer). Cuma, masjid di LapMer itu masjid milik Pertamina. Sementara kalau masjidnya pemerintah kota (pemkot) adalah At Taqwa di Klandasan, serta Islamic Centre di daerah jl. Ruhui Rahayu.

Selain ‘nongkrong’ di LapMer, Melawai, aktivitas warga Balikpapan di ruang publik yang lain adalah ‘menunggui’ Jl. Minyak.

Wisata melihat penangkaran buaya berada di Teritip, yang dari titik Manggar masih ke arah pinggir kota lagi menuju Senipah-Handil, Kabupaten Kutai Kertanegara (KuKer). Kalau kelurahan Manggar, populer dengan Pantai Segara Sari. Ini pantai terbesar yang macetnya bisa berjam-jam di hari raya lebaran. Karena pengunjungnya dari kota-kota lain di Kalimantan Timur.

Ada satu pantai kecil di Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera, namun warga sini biasanya menyebutnya ‘monumen’ saja). Di sebelah pantai monumen ada Pantai Kemala. Pantai-pantai lain ada di Gunung Bakaran, Sepinggan, Batakan, dst. Tidak jarang terjadi korban kecelakaan karena pantai-pantai tersebut sifatnya pantai bebas saja alias tidak ada penjaga pantai secara khusus. Keberadaan tukang parkir lebih pasti daripada keberadaan penjaga pantai, hehe.

Demikian beberapa aktivitas berwisata yang bisa dilakukan oleh kaum Digital Nomad yang singgah di Balikpapan barang 3-4 minggu. Semoga informasi-informasi di atas bisa memberikan gambaran dalam menyusun itinerary selama berada di Kota Minyak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.