Sebelumnya saya sudah pernah menulis artikel dengan judul yang sama.
Banyak traffic yang datang ke artikel tersebut. Kemudian saya kulik-kulik lagi, mengapa banyak yang mencari jawabnya.
Jadi berikut ini adalah hasil kulikan saya tersebut.
Daftar Isi
Banyaknya bidang perusahaan yang bisa dipilih pasca lulus dari manajemen.
Semua perusahaan menjalankan fungsi-fungsi bisnis. Ada keuangan, pemasaran, operasional, SDM, dan lain-lain. Sebagai lulusan manajemen, kamu bisa memilih fungsi manajemen apa saja untuk dimasuki. Dan di bidang industri apapun, keempat fungsi tersebut pasti ada.
Namun, kelemahan lulusan manajemen yaitu kompetensi yang kurang spesifik. Berbeda dengan para insinyur telekomunikasi, informatika, dan lain sebagainya. Tantangan yang harus kamu hadapi yaitu bagaimana membuat diri kamu sebagai lulusan manajemen yang berbeda dari lulusan manajemen yang lain.
Tahu tidak kenapa harus begitu? Lulusan manajemen itu banyak sekali. Tidak sulit bagi suatu kampus untuk mendirikan program studi manajemen. Infrastruktur laboratoriumnya tidak berat dan memakan anggaran besar seperti jurusan sains dan enjinering pada umumnya.
Kembali ke kenapa harus tampil berbeda.
Mungkin kamu punya sertifikasi khusus, semisal sertifikat menyelam? Atau mungkin kamu pernah mengikuti program pertukaran pelajar ke luar negeri? Apa saja bisa.
Tidak semua yang -hanya kamu yang melakukan tapi jarang sekali dilakukan oleh orang lain- akan membuat kamu semakin bernilai. Misalnya nilai TOEFL. Skor tinggi belum tentu membuat dirimu distinctive (berbeda). Yang jelas, nilai tinggi seperti IPK atau TOEFL memudahkan kamu untuk lulus seleksi berkas.
Cari tahu, apa yang kira-kira relevan di mata pemberi kerja (employer) sehingga kamu dapat diterima bekerja di sana? Sertifikat menyelam atau pertukaran pelajar hanya dua contoh saja.
Simpulannya adalah, lapangan kerja bagi lulusan manajemen masih sangat beragam dibandingkan mereka dengan latar belakang enjiner atau sains.
Secara umum, S1 biasanya dinilai belum berpengalaman. Sehingga lulusan S1 masih bisa bekerja di mana saja. Mereka masih muda, baru memulai karir, serta lebih mampu belajar dan menyerap ilmu baru. Better than para lulusan SMA/SMK.
Itu salah satu kelebihan sarjana. Tentu saja pengeluaran perusahaan untuk gajinya lebih besar daripada lulusan SMA/SMK.
Alasan kedua adalah kamu ingin terjun langsung sebagai enterpreneur pasca lulus.
Dengan pernah kuliah di manajemen, berarti kamu pernah mempelajari keempat fungsi manajemen tersebut, serta mendalami satu di antaranya melalui tugas akhir/skripsi.
- Pemasaran
- Keuangan
- Operasional
- SDM
Jadi kamu punya bekal untuk menjadi nahkoda di perusahaan yang kamu pimpin.
Tentu saja kelemahan kamu adalah kamu mungkin belum tahu aspek-aspek teknis dari bisnis yang kamu kelola.
Misalnya kamu membangun usaha restoran, pasti kamu tidak tahu resep dan racikan yang tepat kan? Karena kamu bukan lulusan sekolah/kampus pariwisata. Tapi kamu bisa melakukan pencatatan keuangan yang baik serta punya strategi medium untuk merebut dan mempertahankan pasar, misalnya.
Atau kamu mau mengembangkan apotek?
Kamu bukan apoteker yang jeli menginformasikan bagaimana pasien dapat menggunakan obatnya dengan tepat dan benar.
Mengatasi ini, kamu bisa melakukan rekrutmen apoteker yang tepat.
Kekuatan kamu adalah kemampuan mengelola portfolio produk yang bisa berjumlah hingga ribuan jenis. Serta mengkombinasikan marjin tipis tetapi berfrekuensi tinggi, dengan marjin besar yang membutuhkan inventori besar, dan seterusnya. Ini supply chain banget.
Itu untuk pilihan menjadi Sarjana Manajemen (S1). Bagaimana dengan Master Manajemen (S2)?
Kondisinya adalah kamu sudah bekerja beberapa tahun. Bila kamu beruntung, dalam 2-3 tahun sudah menginjak anak tangga karir yang lebih tinggi. Tanggung jawab yang lebih besar, sudah ada staf yang membantu pekerjaan, dukungan fasilitas perusahaan dalam mencapai target.
Kamu bisa jadi perlu peningkatan kapasitas lebih lanjut. Pendidikan magister adalah salah satu caranya.
Namun, MBA atau MM tidak fokus di salah satu fungsi. Sensasi pendidikan S2-nya kurang terasa. Perguruan tinggi berlomba-lomba mendirikan S2 Manajemen masing-masing.
Akibatnya, gelar MBA itu sudah mengalami inflasi. Banyak sekali lulusan MBA/MM saat ini.
Mungkin dulu, menjadi MBA itu keren. Namun, sekarang ini sudah terjadi inflasi.
Pertanyaannya masih sama, apa yang membedakan kamu yang lulusan MBA dengan lulusan MBA yang lain?
Beda dengan S2 pada umumnya. Katakanlah pengajaran fisika. Ada microteaching, selain tentang fisika itu sendiri. Sehingga kedalaman dan pendalaman ilmunya lebih terasa dibandingkan dengan S1.
S2 MBA atau MM, banyak mengkombinasikan ilmu-ilmu di permukaan dari keempat fungsi manajemen: keuangan, operasional, pemasaran, dan manajemen SDM.
Bagi lulusan akuntansi, seakan mengulang (secara cepat) kuliah akuntansi dan corporate finance secara cepat.
Kalau S1 manajemen ada mata kuliah tentang pemasaran, nah ada perulangan kembali di MBA pada umumnya.
Karena banyak yang di permukaan, maka hasilnya ada lulusan MBA yang belum tentu punya satu kompetensi teknis di suatu fungsi SDM/keuangan/operasional/pemasaran.
Kan ada tuh pekerjaan konsultan manajemen. Baik internasional, maupun lokal. Apakah harus pernah sekolah di S1/S2 manajemen?
Mereka tidak harus lulusan manajemen lho. Bahkan utk global consultant office seperti McKinsey, BCG, mereka hanya menerima dari UI, ITB, atau UGM.
McKinsey mengistilahkannya dengan insecure overachiever.
Bahkan pasca “lulus” dari kantor konsultan ternama & mendunia tersebut, dengan mudahnya mereka diterima bekerja di perusahaan-perusahaan startup. Mengapa? Mantan konsultan bisa melihat dan menyusun problem solving secara terstruktur.
Conclusion
Apakah saya tampak merekomendasikan jurusan manajemen untuk kuliah S1?
Sesungguhnya tidak. Justru sebaliknya. Lebih baik mengambil jurusan teknik dan diwisuda sebagai enjiner.
Kalau tidak berminat kerja teknis ala insinyur? Tidak apa.
Silakan saja bergabung di fungsi promosi/komunikasi, distribusi, brand management, pengembangan produk, dan sebagainya.
Setelah 2-3 tahun bekerja, berarti sudah saatnya untuk mengambil S2. Apa saja, tidak harus manajemen. Ada beberapa posisi manajerial yang menuntut pengisinya memiliki gelar master manajemen.
Salah satu kenyataannya adalah mereka yang lulusan teknik, biasanya, karirnya melesat cepat. Lebih daripada mereka yang kuliah di jurusan-jurusan IPS.