Mari kita bahas situasi-situasi pendidikan di sekitar kita yang belakangan ini meresahkan:
Daftar Isi
Zonasi
Zonasi ini kan diniatkan agar tercapainya dua hal berikut:
- Kedekatan antara lingkungan sekolah dengan dengan lingkungan keluarga / tempat tinggal. Dekat bisa berarti ikut mengatasi masalah kemacetan di perkotaan. Dekat bisa berarti keterlibatan yang lebih tinggi dari lingkungan tempat tinggal terhadap pendidikan di sekolah.
- Distribusi guru menjadi lebih baik karena zonasi memudahkan para pengambil kebijakan untuk menganalisis kebutuhan guru
Kenyataannya, zonasi malah membuat masalah-masalah baru:
- Mempersulit calon siswa memperoleh sekolah yang diinginkan, karena persentase warga lokal yang harus dipenuhi di sekitar sekolah
- Merepotkan ortusis dalam pendaftaran siswa baru karena proses yang lebih rumit dalam membuktikan jarak rumah ke sekolah
- Diwarnai manipulasi KK serta piagam/medali
Opini saya pribadi, pemerintah (dinas pendidikan, DPRD, dll) perlu banget duduk bersama dan berkoordinasi dalam hal perencanaan dan penganggaran untuk penyediaan sekolah yang baru di kecamatan-kecamatan yang kekurangan sekolah.
Swasta Bagus vs Swasta Pilihan Kedua vs Negeri
Swasta Bagus
Secara umum, tidak ada masalah dengan sekolah swasta yang bagus. Faktanya adalah sekolah yang bagus memang memiliki fasilitas yang memadai dengan guru-guru yang berdedikasi tinggi. Pengadaan dan perawatan fasilitas ini yang tidak murah -dan dalam banyak kasus- dananya berasal dari orang tua siswa.
Sekolah swasta yang bagus berupaya mengakomodasi siswa-siswa dari kalangan ekonomi menengah ke bawah lewat kebijakan seperti subsidi silang, beasiswa, dan lain sebagainya.
Di negara kita yang “baru” berusia 79 tahun ini, upaya mobilitas sosial dan ekonomi secara vertikal, paling jelas jalannya adalah melalui pendidikan yang baik. Dan terus terang, ini yang supply-nya belum merata, padahal demand untuk mobilitas vertikal ini tinggal sekali. Banyak orang tua yang berharap pada jasa pendidikan agar putra-putri mereka di masa depan memiliki kehidupan sosial-ekonomi yang lebih baik.
Supply rendah dengan demand yang tinggi berefek pada kenaikan harga jasa pendidikan swasta tersebut.
Swasta Islam Terpadu
SDIT, SMPIT dan berbagai sekolah swasta islam terpadu lainnya berupaya memenuhi minat orang tua siswa, yaitu
- Jasa pendidikan yang penyelenggaraannya full day,
- Ilmu agama yang lebih dari sekedar 2 jam per pekan, serta
- Aktivitas ekstrakurikuler yang bisa dipilih oleh siswa, namun diselenggarakan di dalam kompleks sekolah.
Swasta Pilihan Kedua
Di beberapa daerah ada sekolah-sekolah swasta yang hidup segan mati tak mau. Masih ada siswa yang mendaftar ke sana, namun kurang bisa bersaing dalam “memperebutkan” siswa. Salah satu sebabnya adalah kuota siswa di sekolah negeri yang tidak dibatasi. Solusi yang diharapkan menjawab permasalah ini adalah pembatasan kuota siswa di sekolah negeri. Diharapkan, akan terjadi pemerataan pendidikan khususnya antara sekolah swasta dengan sekolah negeri.
Strategi yang dilakukan sekolah swasta pilihan kedua di antaranya, adalah melakukan promosi secara strategis ke sekolah-sekolah yang menjadi target potensial, memberikan beasiswa kepada siswa dari keluarga dengan latar belakang ekonomi kurang mampu, atau calon-calon siswa dengan kemampuan akademik yang tinggi.
Referensi: Strategi Bertahan SMA Swasta Pilihan Kedua dalam Kompetisi Pendidikan.
Sekolah Negeri
Kesiapan Guru Negeri
Guru-guru di sekolah negeri dinilai “tidak siap” untuk meningkatkan kompetensi secara mandiri -tentu tidak semua guru-guru sekolah negeri seperti itu-, sementara sekolah swasta—mulai dari instansinya hingga guru-gurunya—“sudah terbiasa mandiri” dan cepat merespons perubahan untuk diterapkan dalam pembelajaran.
Referensi: Orang Tua Lebih Condong SD Swasta, Pengamat: Ini Peringatan untuk SD Negeri.
Situasi tersebut direspon oleh Kemendikbudristek yang mempersiapkan para guru menjadi pemimpin dalam pembelajaran dengan program “Pendidikan Guru Penggerak”. Kementerian tersebut juga melaksanakan proses evaluasi terus-menerus lewat “Rapor Pendidikan”.
Pergeseran Ekspektasi Ortusis
Telah terjadi pergeseran ekspektasi dari sisi para orang tua siswa agar sekolah turut memberikan pendidikan lebih mendalam perihal ajaran agama. Sekolah yang “sukses” bernavigasi pada pergeseran ini adalah sekolah yang memberikan pelajaran agama yang lebih dari 2 jam dalam satu pekan. Bahkan pada beberapa kasus, ada sekolah-sekolah yang me-rebranding institusinya sebagai sekolah dengan muatan agama yang kental atau sekolah yang concern pada pembentukan karakter siswa.
Kalah Saing dengan Swasta
Kualitas sekolah-sekolah kita saat ini seringkali dilihat dalam kacamata fasilitas maupun kualitas SDM dalam melaksanakan pengajaran-pendidikan. Ada penilaian bahwa rata-rata sekolah negeri “kualitasnya jauh di bawah sekolah swasta mahal”, meski masih ada juga sekolah-sekolah negeri berstatus unggulan yang kualitasnya tidak kalah baik.
Dalam pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), pemerintah daerah khususnya Dinas Pendidikan bisa melakukan kerja sama dengan sekolah swasta agar setiap peserta didik mendapatkan akses pendidikan yang berkeadilan dan berkualitas, baik di sekolah negeri maupun sekolah swasta.
Strategi Bersaing Sekolah
Supaya sebuah sekolah bisa bersaing dengan sekolah-sekolah lainnya, ada beberapa aktivitas yang perlu dilakukan secara konsisten:
Membangun Hubungan Baik lewat Kerjasama dengan Masyarakat
Dengan membuat program “pengabdian masyarakat” yang melibatkan siswa. Di mana target penerima manfaat dari program ini, misalnya panti- panti, masyarakat sekitar sekolah, ataupun ke desa-desa terpencil.
Meningkatkan Prestasi Sekolah
Maksimalkan potensi siswa-siswa dengan membentuk klub-klub prestasi baik dalam bidang akademis maupun non akademis (seni, olahraga, dan lain sebagainya). Sehingga menjadi relevan untuk melaksanakan ekstrakurikuler tersebut secara rutin.
Media massa biasanya tertarik untuk mengulas siswa pemenang perlombaan sembari menyebut asal sekolahnya.
Mengembangkan Potensi Tenaga Pengajar
Lewat pelatihan-pelatihan ataupun mengikutkan guru-guru dalam kegiatan seminar atau workshop di luar sekolah untuk meningkatkan kinerja guru;
Memaksimalkan Fasilitas
Selain dibangun, fasilitas sekolah juga perlu diperkenalkan secara rutin. Di antaranya adalah fasilitas tempat tinggal seperti asrama, laboratorium komputer, lapangan olahraga, dlsb. Fitur-fitur dari fasilitas sekolah tersebut sangat layak diperkenalkan kembali lewat berbagai channel komunikasi yang digunakan. Oleh sebab itu, fasilitas-fasilitas sekolah wajib dirawat dan bila perlu diperbaharui pada waktu-waktu tertentu.
Mengadakan Sosialisasi Rutin
Jelang PPDB, sosialisasi perlu dilakukan secara rutin kepada para orang tua calon wali murid guna memperkenalkan SDM tenaga pengajar serta fasilitas yang dimiliki oleh sekolah.
Mengendalikan Mutu Proses Pendidikan
Pengendalian mutu merupakan suatu tindakan yang berisi kegiatan pengukuran, kemudian penilaian, sehingga bisa dilakukan perbaikan. Pengendalian mutu merupakan suatu proses yang terdiri dari merencanakan (menyusun target dan standar kinerja), pengukuran kinerja nyata, membandingkan kinerja -dengan standard yang sudah ditargetkan- lalu melakukan perbaikan.
Pengendalian mutu pendidikan ditujukan pada aspek kurikulum pembelajaran, pembinaan murid dan aspek manajemen, Ketiga bidang sasaran ini semuanya mengacu pada pengembangan kompetensi siswa secara optimal.
Referensi: Rencana Strategi Bersaing Sekolah Swasta dalam Meningkatkan Jumlah Peserta Didik Baru.
[…] masalah-masalah-sekolah-di-sekitar-kita/ […]
[…] Baca Juga: Masalah-Masalah Sekolah yang Umum Kita Temui. […]