Fokus tuh bantu banget kita untuk menemukan dan mencapai kesuksesan. Masalah dari fokus adalah fokus itu membosankan. Tidak variatif. Sensasi berpetualangnya tidak ada. Persoalan dari petualangan adalah bisa jadi kita tidak ke mana-mana.
Berlaku sama di content creation. Ya blog, ya YouTube. (Baru tadi sore saya rilis #Journal Ep.1 soal transportasi lawas dan telekomunikasi jadoel).
Saya tuh berusaha banget bisa konsisten rilis tulisan di blog ini. Setidaknya seminggu sekali. Meski aturan komunitas blogger 1Minggu1Cerita adalah 6 pekan sekali, tetapi berusaha fokus dan tekun merilis konten secara berkala seminggu sekali itu banyak banget godaannya.
Bikin konten tuh kadang-kadang rasanya gak punya tujuan (aimless) dan tidak menyenangkan (joyless). Bisa gila kalau mikirin dan kepikiran target rilis konten terus. As u know, konten gak hanya dibuat lalu langsung rilis saja. Tapi apapun kontennya, mesti dikonsep dan disunting.
Konsisten itu membosankan.
Eksplorasi materi atau topik baru itu yang menyenangkan.
Membuka kotak-kotak memori kita, mengecek satu demi satu ada memori apa saja yang berada dalam kotak tersebut. Ini tuh proses yang adventurous sebenarnya. Rasanya sama banget dengan duduk berdua bersama pasangan di ruang tamu menceritakan masa lalu masing-masing. Konon, Pakdhe Piyu juga begitu caranya dalam menulis lirik dan menuangkan nuansa lagu.
Blog yang adventurous kayaknya gak disukai sama Google ya. Topiknya ke mana-mana. Gak ada fokusnya. Gak sepenuhnya salah, siy. Tapi, kalau teknik saya adalah, tiap ada berapa tulisan dengan topik yang sama, dibuatkan kategori baru.
Di blog ini ada categories fathering yang baru sepekan lalu saya tulis Mitos dan Fakta tentang Anak Kembar. Ada juga categories marriage yang sudah lama enggak diperbarui. Sebagai mantan business analyst, saya masih hobi mengulik konten-konten seputar Strategic Marketing. Kalau belum masuk ke mana-mana, berarti harus ngendon di categories Journal dulu.
Makanya YouTube saya, topik yang akan diutamakan adalah #BincangProfesi. Prosesnya relatif gak sulit, hanya tinggal mewawancarai rekan-rekan mengenai profesi atau karirnya. Saya yang hobi mengobservasi pekerjaan orang lain, tidak kesulitan menggali apa yang mereka kerjakan sehari-hari, mengapa dan bagaimana mereka bertahan di profesi tersebut.
Bertualang dengan tema baru pasti menyenangkan. Tetapi membuat blog/vlog kita terkesan tidak punya positioning atau direction yang jelas.
Eksplorasi materi dalam setahun terakhir ini, banyak dipengaruhi oleh pandemi (dan resesi) tentu saja, ya.
Yang suka eksplor pariwisata, lagi gak bisa jalan-jalan sama sekali atau terpaksa harus mengurangi. Yang suka belanja dan bikin konten unboxing atau review, kebetulan ekonomi lagi sulit dan konsumsi harus dikurangi.
Gak heran pandemi ini memunculkan hobi baru. Yang dalam kasus saya, ngulak-ngulik YouTube dan software terkait (Photos atau Video Editor di Windows 10) jadi aktifitas baru yang saya alokasikan waktu secara khusus. Kurang lebih setahun lalu, menulis buku berjudul Freelance 101. Ulasannya di sini dan di sana. Tentu order bukunya bisa ke saya. Ihik #celahpromosi
Sindonews pernah meriset hal ini dan menemukan 6 hobi baru selama pandemi: memasak, membaca, berkebun, menonton, melukis, dan bersepeda.
Bisa disimpulkan sementara ini, bahwa menemukan fokus yang baru itu, di antaranya adalah dengan menemukan hobi yang baru. Hobi bukan sesuatu yang kita kerjakan di waktu-waktu sisa, ya. Melainkan kita secara sengaja mengalokasikan waktu untuk mengerjakannya. Ada 7 hobi yang bisa dipilih berdasar popularitasnya yang menanjak selama pandemi.