
Marketing to Youth kini sekarang ini bukan lagi hanya difokuskan ke Gen Y (Milennial) saja. Sebab Milennial tidak lagi semuda dulu, hehe. Milennial sudah berkarir, menikah, berkeluarga, bahkan anak-anak dari keluarga milennial sudah ada yang bersekolah SD.
Youth yang juga harus difokuskan adalah Generation Z (Centennials). Berikut adalah komparasi antara kedua segmen market yang sama-sama “Youth” tersebut.
Generation Y | Generation Z |
---|---|
Best version of Me | Authentic Me |
“Feeling good” factor | Product utility |
Success = status | Success = happiness |
Lebih lanjut, mari membedah perbedaan antar dua generasi tersebut; khususnya yang kontradiktif (bukan kontraproduktif) satu sama lain.
Daftar Isi
Gen Y
Gen Y adalah generasi yang memamerkan “best version of me”, memberi bobot lebih pada “feeling good” dan menjadikan status sebagai tolok ukur kesuksesan.
Best Version of Me
Milennials memandang dunia hanya perlu melihat versi terbaik dari diri mereka saja. Dengan kata lain, segala hal-hal buruk harus disembunyikan rapat-rapat. Social media dianggap sebagai “Etalase” yakni tempat memajang hal-hal baik –bahkan terbaik– dari dirinya.
Feeling Good Factor
Milennials memberikan penilaian dan bobot lebih pada hal-hal yang membuat mereka “feeling good” di depan orang lain.
Success = Status
Sehingga, tolok ukur kesuksesan mereka adalah pencapaian status sosial maupun ekonomi di mata orang lain.
Gen Z
Centennials adalah generasi yang “kurang peduli” apa kata masyarakat. Mereka adalah generasi yang autentik, fokus pada desain dan utilitas produk, serta menjadikan kebahagiaan sebagai tolok ukur kesuksesan.
Authentic Me
Jika ada best version of me, maka ada pula worse version of me. Yang hebat dari Gen Z adalah tidak memusingkan bad things tersebut. Because from the best and worse version of me, there is the authentic version of me.
Product Utility
Utility tidak hanya functionality ya, tetapi juga design. Produk atau layanan yang didesain dengan baik tidak harus cantik secara visual; melainkan membuat proses yang harus dilalui oleh user menjadi lebih streamline. Sehingga terasa mudah dan cepat.
Success = Happiness
Sebagaimana sudah dibahas dalam Marketing to Gen Z, bahwa segmen ini mengalami setidaknya 3 krisis dalam hidupnya, yaitu krisis ekonomi 1998, krisis ekonomi 2008, dan pandemi Covid-19, maka definisi sukses itu tidak muluk-muluk. Selama sudah bisa bahagia (happy), maka di situlah sukses sudah tercapai.
No wonder, kalau ada generasi yang senewen ketika Gen Z ini healing ke sana ke mari, hehe.
BACA JUGA: Marketing to Gen Z.
Kesimpulannya adalah penting untuk selalu relevan terhadap target market. Karena market itu sifatnya dinamis; selalu bergerak. Generasi yang satu tidak pernah persis sama dengan generasi sebelumnya. Meskipun ada persamaan, tetap selalu ada perbedaannya. So, Marketing to Youth is always be a dynamic process.
Dan terhadap perbedaan-perbedaan tersebut, tugas kita sebagai marketer adalah meng-adjust diri, tim, dan institusi kita untuk selalu relevan dengan market.
Referensi
- From Y to Z #marketeers #analisis https://www.youtube.com/watch?v=u6nWFovUWUQ
[…] Marketing to Youth […]