Ayah: Jumlah Sembilan

Ayah saya suka dengan angka yang bila semua bagiannya dijumlah hingga menjadi satu digit, menghasilkan angka sembilan. Tulisan ini, adalah rangkuman hal-hal baik dari beliau yang saya teladani.

Bagi beliau, sembilan itu angka keberuntungan.

Selama bisa diusahakan, maka carilah kombinasi angka yang menghasilkan sembilan. Misalnya, plat nomor mobil. Lalu, nomor rumah.

Tentu tidak semua bisa diusahakan seperti itu. Beliau pernah punya rumah makan dan usaha ritel yang tempatnya berupa kios di pasar tradisional. Brand-nya adalah “78”. Angka tersebut, kebetulan adalah tahun yang sama beliau pertama kali merantau. Beliau juga bekerja sama dengan sebuah koperasi yang ada nama “78”-nya.

Yang menarik, nomor nisan beliau di pemakaman, ternyata juga berjumlah sembilan ?

“Angka keberuntungan” itu hanya satu di antara beberapa hal yang menjadi karakteristik beliau. Izinkan saya berbagi hal-hal baik tentang beliau di post ini.

Ad Dien

Beliau menekankan dan mengingatkan pentingnya shalat berjamaah khususnya bagi laki-laki di masjid.

Selain pahala 27 derajat, yang membedakan antara lelaki yang shalat di rumah dan di luar rumah adalah, dia lebih “eksis”. Terlihat gitu lho, dia berasal dari dan kembali ke rumah yang mana. Di sisi lain, shalat berjamaah di masjid juga berarti membangun silaturahmi dengan warga setempat.

Beliau itu rajin mengaji. As simple as “mengundang malaikat” dan “mendatangkan kebaikan” di tempat kita berada. Baik itu rumah, kios, maupun di dalam mobil sekalipun.

Bangun dan menjaga silaturahmi. Sama saya, beliau suka tanya gimana kabarnya teman-teman saya. Meskipun sedikit yang diingat oleh beliau, tapi setidaknya beliau mau berusaha. Jadinya saya juga biasa menyebut nama teman saya kepada para saudara-saudara kandung. Supaya saling mengenal. Minimal tahu.

Di tanah rantau, beliau juga menjalin silaturahmi dengan orang-orang satu suku – baik yang ada hubungan darah maupun bukan keluarga. Terakhir, beliau banyak aktif di komunitas pensiunan.

Believe. Beliau itu sering bilang, “memang sudah begitu jalannya”. Artinya, memang sudah begitu ketetapan/takdir-nya. Ya beliau meyakini itu.

Di sisi lain, beliau percaya dengan luck. Tapi keberuntungan bukan syirik ya. Hanya sekadar intuisi bahwa yang ada di hadapan ini –misalnya si jumlah sembilan tadi– akan mendatangkan keberuntungan.

Financial Management

  • Berbelanja konsumtif yang lebih kecil nilainya daripada pendapatan yang diperoleh.
  • Tidak berhutang. Tentu beliau pernah berhutang. Pada satu titik, semua hutangnya sudah lunas.
  • Menabung. Simpan uang di bank.
  • Membeli aset. Aset adalah sesuatu yang (kita yakini) harganya akan naik di kemudian hari.
  • Berdagang. Sesuatu barang sudah untung bahkan sejak dibeli. Artinya, kita sudah tahu/memprediksi bisa dijual di harga berapa barang tersebut. Berapa untung (berupa marjin atau rupiah) yang diperoleh.
  • Double, triple, atau lebih sumber pendapatan. Bekerja di kantor/perusahaan iya, punya sampingan juga iya.
  • Mengeluarkan uang di jalannya Allah subhanahu wa ta’ala. Bayar zakat, infak, dan sedekah. Ikut berqurban. Sumbang aqiqah untuk cucu yang baru lahir. Pergi haji, lalu umroh. Karena menjadi muslim itu pengeluarannya memang besar.

Selanjutnya,

Orang yang sudah meninggal itu, ya sudah berpulang ke tempat paling hakiki, meninggalkan kita yang masih berada di dunia fana ini.

Bahkan katanya, tidak ada lagi pahala yang bisa mengalir kepada almarhum/almarhumah kecuali 3 hal:

Karena “kontrak”-nya yang sudah habis itu, maka peristiwa sudah berpulang-nya seseorang ke rahmatullah itu mengingatkan kita bahwa kita pun punya “janji” yang sama. Dan hendaknya, kita menghabiskan waktu kita untuk hal-hal yang mendatangkan pahala saja.

Sembari berdo’a dan berharap agar kita mendapat syafa’at di hari akhir nanti.

Perihal almarhum/almarhumah, janganlah kita teringat akan keburukannya. Melainkan, ingatlah dan tirulah hal-hal baik darinya. Ya prinsipnya, caranya dia hidup, amal ibadahnya, dan kebaikan-kebaikan lainnya.

Saya menuangkan ke dalam blogpost ini, supaya bisa saya tengok-tengok lagi. Mencari sedikit semangat, karena beliau itu semangat sekali dalam hidupnya. Ya semangat mencari nafkah, ya semangat dalam beribadah.

Dan berdo’a lah untuknya, agar dilapangkan kuburnya, diampuni dosa-dosanya dan diterima pahalanya.

Alfatihah untuk almarhum H. Burhanuddin Saleh.

3 Comments

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

  1. […] Sebulan lebih pasca kedatangan anak bayi, rupanya ada yang “kontrak”-nya sudah habis. Dan kami harus merelakan kepergian beliau. Hebatnya, beliau rasanya masih hadir di tengah-tengah kami ini. Omong-omong, beliau suka dengan sembilan karena angka tersebut memiliki keberuntungan (hoki) tersendiri. Baca: Jumlah Sembilan. […]