Gunakan Framework 4E untuk Melakukan Asesmen pada Anak

Beberapa waktu lalu kami iseng-iseng berhadiah daftarkan anak-anak ke lomba akademik. Coba-coba ini adalah kedua kali setelah coba-coba di lomba gambar sebelumnya.

Surprisingly, salah satunya dapat juara 1 dengan yang satunya di peringkat 4 (tidak dapat hadiah). Lomba dilaksanakan di Gramedia. Tentu saja ini maksudnya supaya kita para ortu ikut berbelanja di sana. Haha

Dan benar saja, saya kepincut dengan buku mengenai bakat anak yang rupanya ditulis oleh seorang teman blogger, Nurindah Fitria.

Dari buku ini saya mendapat framework 4E (Enjoy, Easy, Excellent, Earn) yang bantu kita banget dalam melakukan asesmen terhadap anak.

Berikut ilustrasinya.

Salah satu anak saya suka bola dan bergabung dalam klub futsal. Jadi dia baru di level ‘Enjoy’. Olah bolanya tidak terlalu mewah, alias kita melihatnya dia tidak cukup ‘Easy’ untuk melakukan aktivitas tersebut. Tidak heran di mata coach-nya dia tidak ‘Excellent’. Sebelumnya mengikuti kompetisi futsal juga mengawali pertandingan dari bench. Meskipun dia belum ‘Earn’ apapun saat ini, baik berupa prestasi maupun uang misalnya, bukan berarti harus distop futsalnya ya, ‘kan? 😊

Anak tersebut kami ikutkan kursus coding. Baru dua pertemuan. It looks ‘easy’ for him yet he ‘enjoy’ it so much.

Fitrah estetika dan bahasa-nya masih perlu banget diberikan arahan dan koridor-koridornya.

Sementara yang juara 1 lomba akademik tadi sudah terbukti ‘Earn’ something kan ya. Berarti dia cukup ‘Excellent’ yang terbukti dari keberhasilannya mengungguli rekan-rekan peserta yang lain. It supposed to be ‘Easy’ for him. Waktu saya tanya “Enjoy, gak?”, jawabnya dia gak suka. Dia lebih suka playing online games. It still be a homework for me to find out the things that he enjoys so much.

Yang satu ini kami ikutkan les matematika di Kumon. Setiap hari ada tugas yang harus diselesaikan. Seharusnya dikerjakan setiap hari ya kan. Tapi dia belum bisa disiplin dan mandiri. Masih selalu diingatkan.

Beliau ini masih memerlukan stimulus untuk fitrah bakat & kepemimpinannya serta fitrah jasmani-nya. Untuk fitrah yang kedua, seharusnya dibuatkan jadwal rutin untuk berolahraga.

Kedua anak tersebut berada dalam level yang sama untuk fitrah keimanan (rukun islam, rukun iman). Yang masih perlu banget didorong adalah pelaksanaan rukun islam yang kedua, yaitu shalat wajib. sementara satu fitrah lagi, yaitu fitrah seksualitas, sudah kami jelaskan mengenai konsep gender dan konsep reproduksi.

Dapat disimpulkan bahwa asesmen pada anak dengan framework 4E ini kan banyaknya dengan metode observasi dan percobaan (testing) ya. Telah ditemukan poin-poin positif maupun negatifnya. Yang positif tentu melegakan, sementara yang negatif perlu dicarikan kembali solusinya.

Seiring dengan pertambahan usia si anak, saya menanamkan ke dalam diri agar selalu siap sebagai orang tua karena nantinya akan ada challenge-nya lagi. Bisa saja yang positif mengendur, lalu yang negatif tambah kuat. Selain bersiap dalam situasi akan datang tersebut, perlu juga perlu mengantisipasi hal-hal lain yang mungkin akan terjadi di masa dewasa mereka (misal hubungan dengan lawan jenis, perasaan percaya diri, dlsb). Lagi-lagi kuncinya adalah observasi dan testing.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.