Cek 4 Elemen Berikut Untuk Memeriksa Kualitas Brand Story Kamu

We’ll love story. Especially story about hero inside us whom be brave enough overcome his/her challenge to pursue his/her dreams.

Lihat bagaimana serial gotham membangun koneksi lalu mengaduk-aduk emosi penontonnya melalui cerita-cerita yang mereka sampaikan dalam setiap episode.

Gotham yang sekarang sudah masuk ke season 2. Ada karakter Theo Galavan yang jadi antagonis sentral di season terbaru ini. Nyaris semua antagonis di semua episode yang sudah berlangsung, pasti terkait dengan Galavan yang satu ini. Dugaan saya, Galavan adalah musuh terberat dari Jim Gordon di season 2.

Ups, too much information, jadi tidak fokus ke creme de la creme-nya ya 😀

Nah, cerita mengenai Batman, dan segala yang dikait-kaitkan dengan second identity-nya Bruce Wayne tersebut, selalu tampak bagus. Apa yang membuat sebuah cerita –seperti Batman– selalu bagus? Apa saja yang menjadi kesamaan di antara semua cerita tersebut?

Sebagaimana headline di atas, ternyata ada empat elemen yang membuat sebuah cerita menjadi bagus.

(1) Setting. Where is this story happening? Di mana cerita ini mengambil latar belakang? Waktu, tempat, dan seterusnya.

(2) Character. Who’s the story about. Apakah tentang kelompok/komunitas/perusahaan/institusi tertentu? Siapa yang menjadi frontman-nya? Atau cerita ini berkisar seputar seorang protagonis saja?

(3) Plot: Action. How character respond the setting? What are your characters doing? Atau bagaimana karakter mewujudkan tujuan/misi besarnya?

Sebab akan selalu ada penghalang (bencana alam, ketidakberuntungan, tokoh antagonis) yang menentang tokoh utama dalam mengejar tujuan/misi tersebut.

Biasanya, semakin kuat penghalangnya, dan semakin protagonis berusaha mengatasinya, maka semakin bagus ceritanya. Kita bedah satu kasus yang bagus.

globe

Anita Roddick jadi kisah superhero yang luar biasa. Bagaimana dia bersama Body Shop menggalang misi untuk menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik.

Core values seperti against animal testing adalah idenya yang dia eksekusi dengan sangat baik. Jadi pembeda yang signifikan di saat kompetitor belum mampu melakukan inisiatif tersebut.

Jadi semua elemen brand Body Shop dikonsep, digagas, dan dieksekusi hingga menghasilkan citra yang begitu positif, tapi tetap engaged dengan pelanggannya lewat satu fokus tema: lingkungan.

Dengan demikian, Body Shop sukses being different to standout from the crowds. Hal ini tidak pernah mudah. Sebab tantangan industri telah dan akan selalu menghalangi.

Luar biasa apa yang dilakukan oleh beliau, mengingat Body Shop adalah perusahaan kosmetik. 

Jadi, rumusnya adalah semakin lakon “mengalami apes, tapi bersikap ngeyel” maka akan semakin bagus ceritanya.

Keyword tersebut saya dapat dari Mas Yusuf, seorang strategist and executor di www.smuufy.com

(4) Detail: which specific things should your audience notice. Monolog, dialog, deskripsi (dari apa yang dia dengar, lihat, sentuh, rasakan), narasi, backstory (apa yang sebelumnya terjadi), dan lain-lain.

Tiga elemen yang pertama sebenarnya sudah cukup untuk menghasilkan brand story yang bagus. Tapi tanpa pendetilan (yakni elemen ke-4) yang luar biasa, maka storytelling-nya bisa jadi hambar. Eksekusi konsep adalah titik kritis dalam implementasi strategi pemasaran ini.

Kesimpulan:
(1) Saya kira storytelling adalah salah satu skill yang harus dimiliki para pemasar saat ini. Terlebih profesi PR (Public Relation). Cek apakah kamu sudah punya 7 skill praktisi PR masa kini.

(2) Brand story dapat dirancang melalui konsep dan implementasi dari 4 elemen yang telah kita bahas di atas.

Semestinya dia bisa membantu kamu, seperti dia sudah membantu saya 🙂

Related Post(s):

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.