Dasar-Dasar Menulis Naskah Video

Tulisan ini memuat langkah-langkah menulis naskah ya. Tidak ada format naskah di sini. Kamu bisa mencarinya sendiri.

Masih tersambung dengan post Video Marketing yang waktu itu.


English version of this post.

Siapa bilang blogger hanya bisa bikin konten dalam bentuk yang terbatas?

Dengan kreatifitas dan konsistensi kita nge-blog, blogger pun bisa jadi scriptwriter, lho.

Jangan hanya meninggikan sutradara dan meremehkan penulis naskah, ya. Sebagaimana semua posisi punya peran dalam produksi video, maka penulis naskah pun tidak bisa dipandang sebelah mata.

Meskipun tidak terlihat mata, tapi karyanya benar-benar nyata!

Naskah itu ada dan dibutuhkan bukan oleh para pemain/artis saja, tetapi juga keseluruhan anggota tim.

  • Sutradara: tahu dan paham tata letak properti dalam set, serta bagaimana para artis akan berakting,
  • Logistik: tahu properti apa yang mesti disiapkan. Termasuk busana yang harus disiapkan. Pakaian ‘kan juga merepresentasikan peran dari tokoh yang dibangun,
  • Keuangan: tahu berapa uang yang harus disiapkan. Lalu membuat rencana pencarian dana (dan bila perlu utang),
  • Dll.

Jadi, sang penulis naskah harus bisa menuangkan imajinasi dan visualisasinya (yang mungkin merupakan hasil diskusi dengan sutradara dan produser juga), ke dalam teks; sesuai kebutuhan peran-peran di atas.

  • Pemeran butuh teks yang ringkas, padat, dan sesuai percakapan lisan (ini mirip dengan menulis percakapan dalam fiksi, tetapi tidak persis sama)
  • Menulis dengan kalimat dan paragraf yang pendek itu sama dengan Technical Writing. Beda yang dirasakannya saja, hehe.
  • Namanya menulis cerita, sesuai standard cerita saja: ada TOKOH yang biasanya melakukan apa, kemudian mengalami MASALAH apa, dan bagaimana dia mengeksplorasi, menemukan, lalu melaksanakan SOLUSI tersebut.

Berikut ini saya tuangkan, bagaimana kita membawa perspektif kita dalam berpikir dan menulis di blog, menjadi sebuah naskah.

Riset

Menulis memang bisa berangkat dari pengalaman pribadi. Tapi lebih valid kalau kita bertanya atau mencari tahu lebih lanjut mengenai pengalaman sejenis dari orang lain.

Selain memvalidasi pengalaman atau masalah pribadi tersebut, aktifitas ini akan membantu kita menemukan titik terang (atau jawaban) dari pertanyaan “Bagaimana membuat penonton cerita ini merasa terhubung dengan premis tersebut?”

Sebagai sebuah produk atau karya, wajib banget kita merumuskan perbedaannya dibanding produk/karya sejenis. Dan itu dibantu oleh riset yang cukup. Seperti Pandji bilang,

Sedikit beda lebih baik daripada sedikit lebih baik.

Pandji Pragiwaksono

Menilik perihal diferensiasi di atas, itulah pentingnya kita mencari dan menemukan keyword atau keypoint yang harus ada untuk kemudian diramu ke dalam naskah.

Riset itu harus dilakukan, tapi juga tidak bisa dipaksakan harus selesai dulu baru lanjut ke aktifitas berikutnya. Namanya project management, seringkali harus maju dulu, nanti mundur sedikit menyelesaikan PR yang tertunda.

Penulisan

Tulis dulu semua yang ingin ditulis. Baik soal tokoh, situasi/suasana set, alur, hal-hal yang dihadapi, dst. Sampai kering isi kepala, hehehe.

Setelah semua bahan tersedia, mari kita sambungkan satu demi satu menjadi sebuah alur cerita yang utuh. Kalau ketemu sesuatu “lubang” yang tidak masuk akal, benahi satu demi satu.

Kalau alur cerita sudah jadi, apakah selesai? Tidak juga. Tergantung. Mari masukkan elemen penonton.

Maksud saya, karya ini tetap harus menghibur, ‘kan? Iya. Perlu dicatat, menghibur (to entertain) tidak harus memancing tawa (make laugh), ya. Bisa juga menghibur dalam bentuk lain.

Dan syukur alhamdulillah kalau ada part yang memorable. Di sanalah peran penulisan yang tidak kalah pentingnya di luar alur cerita.

Kita lanjutkan ke penyuntingan (editing), nanti kita bisa kembali ke penulisan bila dirasa perlu.

Penyuntingan

Tentu cerita harus ditulis secara padat (concise) ya. Tidak ada bagian yang tidak perlu.

Di sinilah penyuntingan berperan mengikis lemak-lemak yang mengganggu.

Kita ingat, visualisasi, dan validasi kembali fungsi dari masing-masing bagian dari cerita yang sudah kita tulis. Mana yang berperan sebagai pemberi pesan, mana yang menghadirkan hiburan, mana yang sengaja dibuat supaya karya ini mudah diingat, dst.

PENUTUP

Demikian saya tuangkan langkah-demi-langkah yang pernah saya lakukan ketika menyusun naskah video untuk pengenalan perusahaan (company introduction).

Eits, jangan salah. Meski hal seserius perusahaan dan bisnisnya, tetap dibutuhkan penokohan dan alur cerita, lho.

Kamu ada pengalaman sejenis? Tuangkan di kolom komentar ya.

Baca juga tulisan lain saya seputar WRITING ya.

2 Comments

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.