Bagaimana Rasanya Bekerja di Perkebunan Sawit?

Kamu familiar dengan Bimoli, Filma, Sania, Blue Band, Palmia, Forvita? Pernah terpikirkan dari mana asalnya dan bagaimana industrinya? Tahukah kamu bahwa industri minyak goreng dan turunannya dari hulu ke hilir adalah salah satu industri paling menguntungkan? Semua pertanyaan-pertanyaan tersebut akan kita jawab di post kali ini.

Baca Juga: Posisi Pekerjaan di Perusahaan Sawit.

Untuk kamu yang berjiwa petualang, senang travelling dan berada di tempat baru, serta berkegiatan di luar ruangan, pekerjaan ini sangat menyenangkan. Lokasi remote yang berarti sulit dijangkau sinyal telekomunikasi bisa memberikan screen fasting kepada kita. Sebagai gantinya, langit malam penuh bintang, suara binatang-binatang malam hari dan kehangatan dengan rekan-rekan karyawan di kebun sawit bisa jadi interupsi seru dari rutinitas kota besar.

Bidang Pekerjaan

Divisi Teknik

Perusahaan perkebunan sawit memiliki bagian teknik (engineering) yang memang memerlukan insinyur untuk mendukung kebutuhan mereka dalam membangun fasilitas di kebun-kebun yang berlokasi di pelosok negeri. Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit (PKS), perumahan dan fasilitas umum karyawan, gudang, infrastuktur jalan, jembatan, semuanya perlu insinyur, baik insinyur mesin, sipil, lingkungan, elektro, bahkan arsitektur. FYI, lokasi perkebunan sawit dan pabrik pengolahannya seringkali berada berjam-jam perjalanan darat maupun sungai dari kota besar terdekat.

Divisi Auditor Internal

Auditor internal sering melakukan perjalanan dinas domestik ke lokasi-lokasi kebun di Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat-Timur-Selatan. Dari ibukota propinsi, masih membutuhkan 6-12 jam perjalanan dengan mobil menuju lokasi kebun. Kebun-kebun di Kalimantan bahkan seringkali perlu ditempuh dengan perahu, speed boat atau pesawat lokal. Jangan membayangkan jalannya seperti jalan raya di kota, ya. Sebab jalan yang ditempuh adalah jalan lintas Sumatera, lintas Kalimantan yang masih kurang mendapat perhatian dari pemerintah daerah maupun pusat. Kecuali kalau sedang menjelang Pemilu. Oleh sebab situasi infrastruktur yang demikian, maka dibutuhkan mental dan fisik yang tangguh untuk bisa bekerja sebagai insinyur di perusahaan sawit.

Pembangunan infrastruktur di perkebunan sawit terbilang cukup unik, karena anggaran dan kebutuhannya tidak sebesar di industri pertambangan dan perminyakan. Infrastruktur jalan, jembatan, menara, bisa dikatakan dibangun secukupnya, misalnya jalan dibuat dengan timbunan tanah merah dan dilapisi pasir dan batu (sirtu) dengan ketebalan tertentu di lapisan atasnya. Tidak seperti jalan di area pertambangan yang harus dikeraskan dengan beton. Hal ini bukan tanpa perhitungan. Mengingat lahan perkebunan yang luas dan ada pakem tertentu untuk perancangan grid area tanam dan jalan, maka desain jalan seperti itu adalah yang paling optimal untuk menanggung beban truk pengangkut buah sawit. Risikonya adalah jalan menjadi cepat rusak, apalagi di musim hujan, di mana truk dan mobil yang terjebak dalam lumpur (‘terpater’) harus ditarik oleh traktor atau mobil 4WD merupakan pemandangan sehari-hari.

Estate Manager

Perlu diketahui bahwa budaya di perkebunan adalah budaya hierarkis, di mana posisi tertinggi biasanya dipegang oleh Estate Manager, yang kata-kata dan keputusannya tidak bisa dibantah oleh anggotanya. Budaya ini terbawa dari era kolonial, dan hingga saat ini masih menjadi budaya yang paling efektif dalam pengelolaan perkebunan.

Biasanya setiap areal kebun memiliki seorang Manager, dua atau tiga Assistant Manager, dan beberapa Assistant yang masing-masing bertanggung jawab atas satu divisi. Di bawah para asisten kebun, ada pekerja lapangan yang bertanggung jawab untuk kegiatan panen, penyiangan gulma, pemupukan, penyemprotan pestisida dan lain-lain.

Risiko-Risiko

Risiko Penyelundupan

Dengan luas area antara puluhan hingga ratusan hektar (1 hektar = 10.000 meter persegi) dengan ratusan hingga ribuan pekerja, maka penyelewengan bisa dilakukan dengan relatif mudah. Yang paling umum adalah penyelundupan komoditas buah sawit.

Untuk diketahui, sawit adalah keluarga palem-paleman yang buahnya menempel pada tandan. Dalam satu tandan terdapat ratusan buah yang bertentuk lonjong, kurang lebih sebesar ibu jari. Buah sawit yang sudah masak berwarna jingga sampai merah. Buah sawit inilah yang akan diekstrak minyaknya di PKS, menjadi CPO (Crude Palm Oil). Harga sawit per kg saat ini sekitar 2.000 Rupiah, sementara satu Tandan Buah Segar (TBS) sawit rata-rata 20-25kg. TBS yang bisa dipanen dari satu pohon sekitar 2-3 tandan, dan dalam 1 Ha, terdapat lebih dari 100 pohon sawit. Jelas bukan jumlah yang sedikit.

Risiko dari Alam

Selain kemungkinan penyelundupan, kondisi alam juga sangat berpengaruh pada komoditas sawit. Selayaknya tumbuhan yang hidup, kondisi lahan, kesuburan tanah, cuaca, dan lokasi sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas sawit. Secara umum pohon sawit baru menghasilkan buah yang bisa diproses setelah berusia 4-5 tahun, dan akan terus berbuah hingga berusia 30 tahun. Periode awal sejak mulai ditanam hingga mature adalah periode krusial, karena jika kondisi tanah, air, pupuk, hama dan gulma tidak optimal, produktivitas pohon tidak akan maksimal. Namun dengan kebutuhan lahan yang sangat luas, pengusaha tentu sulit memilih-milih lahan yang baik. Lahan-lahan yang bertanah gambut, berpasir, atau termasuk ke dalam area pasang surut sungai sesungguhnya bukan merupakan kondisi ideal. Wajib dilakukan pengolahan sedemikian rupa agar bisa menjadi tempat tumbuh yang optimal. Tentunya kondisi-kondisi tersebut memerlukan tenaga dan biaya ekstra.

Risiko Kebakaran Lahan

Kamu pasti pernah mendengar berita mengenai kebakaran lahan. Di mana hampir semua pihak menyalahkan perusahaan sawit yang dikabarkan membuka lahan dengan cara membakar. Sebenarnya hal itu mustahil dilakukan perusahaan sawit, apalagi yang berskala besar. Pertama-tama, api tidak bisa diatur hanya membakar lahan yang diharapkan saja. Jika perusahaan melakukan pembakaran, risiko lahan yang sudah tertanam sawit ikut terbakar juga sangat besar.

Belum lagi risiko kehilangan izin lahan jika terbukti melakukan pembakaran. Tidak ada orang waras yang mempertaruhkan sesuatu yang baik dengan sesuatu yang tidak bisa dikontrol hasilnya. Kedua, perusahaan sawit besar semuanya harus mendapatkan sertifikasi RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) agar bisa menjual produk CPO-nya. Salah satu yang diatur dalam sertifikasi RSPO adalah mengenai pembukaan dan pembersihan lahan yang bertanggung jawab terhadap isu sustainability. Lagi-lagi risiko yang terlalu berat untuk ditanggung dibandingkan tindakan yang tidak bisa dikontrol hasilnya. Padahal pembukaan dan pembersihan lahan yang dilakukan sebelum terjadinya kebarakan, memakan biaya paling besar dalam proses bisnis kelapa sawit.

Nah, semoga cerita singkat mengenai pekerjaan dan bisnis sawit ini jadi suatu pengetahuan baru yang membangkitkan ketertarikan kamu mengenai sawit. Atau jadi tertantang untuk bekerja di perusahaan sawit, mungkin?

One comment

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.