Being Agile

Kata agile (dan scrum) sudah terdengar di mana-mana. Jadi apa sebenarnya agile itu? Bagaimana mewujudkan agility?

Pengantar

Dalam bahasa Indonesia, ‘agile‘ itu berarti lincah ya. Kenapa harus lincah di era sekarang? Karena memang dunia bergerak cepat sekali. Kompetitor lahir dan bisa deliver ke client juga cepat. User juga minta hasil yang lebih baik dalam waktu yang lebih singkat.

Di banyak bidang, agile sudah menjadi standard. Di video ini, dijelaskan bahwa HR pun harus agile juga. Agile HR, sebutannya. Lagi-lagi karena di workforce sekalipun, perubahan terjadi begitu cepat dan ini perlu disikapi dengan lincah juga. Model-model employment yang diterima oleh pemberi kerja dan pekerja seperti freelance, part-time itu kan demi kelincahan (agility) juga.

Di PNS/ASN juga mulai ada tuntutan untuk bergerak dari sistem kerja tradisional menuju sistem kerja yang lebih kolaboratif dan dinamis. Dari kelompok-kelompok kerja yang bersilo-silo menjadi organisasi dengan pembentukan, kerja, dan ‘pembubaran’ tim-tim kecil yang lebih berorientasi pada aksi yang memberikan hasil.

Referensi: PerMen PANRB Nomor 7 Tahun 2022.

Agile

Menurut Agile Manifesto, agile bukanlah sistem kerja. Melainkan agile sebagai values and principles. Jadi secara teknis bisa menggunakan metode apa saja, mulai dari Scrum, Kanban, dst. Untuk industri IT, apa itu agile, secara sederhana bisa diwakili oleh table berikut ini:

Individuals and InteractionsvsRelying on Process and Tools
Working Software
(Software yang berfungsi baik)
vsComprehensive Documentation
(atau peraturan yang detail)
Collaboration with CustomervsContract Negotiation
Responding to ChangevsFollowing a Plan
Intinya adalah lebih berfokus pada kolom kiri daripada kolom kanan.
Referensi: What is Agile?

Scrum

Scrum itu dicirikan dengan transparansi, inspeksi (termasuk juga testing), dan adaptasi dengan cepat.

Scrum itu identik dengan Sprint, yaitu durasi waktu sepanjang 2 pekan atau maksimal 4 pekan. Mengapa demikian? Untuk mengakomodasi adaptasi dengan cepat.

Fokus dengan klien, ditunjukkan dengan representasi klien yang disebut sebagai product owner. Pelaksanaan scrum dipimpin oleh seorang Scrum Master dengan tim berisi para pengembang (development team).

Sebagai sebuah proses, scrum terdiri dari beberapa aktifitas yang harus ada dalam rentang 2 pekan tersebut, yaitu:

  • Sprint planning. Merencanakan apa-apa saja yang mau diwujudkan dalam 2 pekan ke depan mulai hari ini.
  • Daily scrum. Meeting rutin setiap hari sepanjang kurang lebih 15 menit yang dilakukan sambil berdiri. Diisi dengan laporan kepada anggota tim tentang apa yang diselesaikan hari kemarin, bagaimana hasil atau pencapaiannya, serta apa yang mau dikerjakan hari ini sehingga transparan bagi semua anggota tim.
  • Sprint review. Akhir dari 2 pekan tersebut, dilakukan review agar seluruh anggota tim mengetahui apa yang sudah dilakukan, apa yang sudah dicapai, dan bagaimana umpan balik dari rekan-rekan.
  • Sprint retrospective. Untuk merefleksikan proses dan hasil baik yang dicapai, serta bagaimana kita bisa memperbaiki proses atau hasil yang buruk.

Barang jadi dari Scrum, biasa disebut Artifact, terdiri dari:

  • Product backlog. Daftar item-item yang harus dikerjakan oleh tim. Ini datang dari klien.
  • Sprint backlog. Dari product backlog, item-item yang harus selesai dalam 2 pekan sejak hari ini.
  • Increment. Barang yang benar-benar jadi dan sampai di tangan klien. Barang ini sudah melalui proses pengujian.

Sebagai penutup, konsep dan eksekusi Agile-Scrum ini enak banget kok. Tidak serumit konsep-konsep yang tertulis di atas. Bahkan pelaksanaannya tidak sesulit yang dibayangkan. Karena bisa dilakukan dalam tim kecil. Menurut kamu, lingkup sekecil keluarga (suami-istri saja atau orangtua-anak-anak) kira-kira bisa melaksanakan Agile-Scrum ini atau tidak? Tuangkan pendapatmu di kolom komentarya.

2 Comments

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

  1. Bisa banget sih pake Agile-Scrum ini di lingkup rumah, karena unit keluarga juga butuh team work. Atau mungkin udah dipraktekkan secara ga sadar beberapa elemen kuncinya itu, meski ga ada pencatatan atau pelaporan lengkapnya.