Mari bahas persamaan dan perbedaan tiga jenis sebutan di atas. Yang pada akhirnya akan merefleksikan perbedaan peran, posisi, dan fungsi dari Content Writer, Copywriter, dan Content Strategist.
Content Writer
Konten disebut berkualitas kalau sukses membuat user rajin mengunjungi website tersebut dan betah berlama-lama di dalamnya. Saya betah dengan website niagahoster.co.id karena kontennya lengkap dan mencerdaskan. Mojok dengan imajinasinya yang nakal juga menghibur. Baca informasi di Tirto juga bikin kita menelusuri pranala lain yang disediakan.
Untuk aspek kuantitas, ukurannya tidak hanya panjang tulisan. Minimum disarankan 300 kata yah. Ada blogger yang sharing standardnya di kisaran 2500 kata. Selain panjang tulisan, banyak tulisan dalam media online tersebut juga ikut menentukan.
Belajar dari Mojok. Weblog ini “menghamba” pada Alexa. Sesuai tagline-nya yang Sedikit Nakal Banyak Akal, pembaca senang membaca beberapa tulisan setiap kali berkunjung, termasuk saya. Panjang tulisannya “hanya” 700-1000 kata. Cukup pendek, namun plotnya tetap ada. Alias tulisan-tulisan di Mojok tuh bernas, padat berisi.
SEO paling berperan di konten artikel tipe ini. Sebagai pengguna WordPress, laksanakan saja saran-saran dari Yoast supaya kontenmu lebih findable di jagat internet raya. Selamat mencoba jadi Content Writer 🙂
Copy Writer
Menulis untuk iklan. Tujuannya mulai dari memperkenalkan, mengingatkan konsumen kembali akan merek tersebut, hingga mendorong terjadinya penjualan lewat promosi diskon, atau saluran (biasa disebut channel) tertentu.
Medium iklan yang berbeda-beda ruangnya, menuntut copywriting harus koheren meski tidak wajib sama. Di sinilah kejelian copywriter dalam menyusun kata dan menyiasati ruang teks yang serba terbatas.
Copy Writer biasanya bekerja di sebuah Creative Agency.
Di dunia digital, ada namanya Landing Page. Sebuah page di mana user mendarat (to land). Landing Page dengan komponen yang komplit akan meyakinkan user untuk membeli. Komponen tersebut di antaranya adalah:
- Masalah yang dihadapi oleh calon konsumen
- Solusi apa yang Anda berikan
- Bagaimana solusi tersebut bekerja
- Testimoni dari pembeli/pelanggan
- Tombol Add to Chart (ATC)
Content Strategist
Eksekusi tanpa strategi ibarat berjalan tanpa mata dan tujuan. Sedangkan strategi tanpa eksekusi, analog dengan mengkhayal ke mana-mana tanpa berpindah tempat.
Jadi, sembari crafting konten, strategi tetap harus diperhatikan. Mulai dari tujuan (objektif), minimum target, alat pengukuran ketercapaian target, dan pengembangan konten itu sendiri. Yang terakhir ini meliputi beberapa langkah eksekusi ke depan. Termasuk perubahan jadwal rilis apabila ada kebutuhan untuk segera merilis suatu konten lebih cepat daripada jadwal.
UX Writer
Lagi ingin membahas soal profesi UX Writer.

Saya menjalani profesi ini tidak sepenuhnya ya. Ini salah satu peran (role) saya di dalam title ‘Technical Writer’. Namun, jika kamu ingin tahu, ada sedikit yang bisa saya bagikan soal ini.
Pertama, ini tidak ubahnya dengan desainer ya. Kalau desainer merancang flow, experience, journey atau apapun namanya itu, nah posisi yang sedang kita bahas ini setidaknya harus menyelami hal yang sama.
Sebab, pekerjaan men-desain itu dekat dengan subyektifitas; that’s why kita perlu mendekatinya secara objektif dengan metode-metode riset maupun desain tertentu.
Dalam konteks penulisan, seorang penulis UX harus menjalani perannya se-objektif mungkin. Mulai dari membaca dan membawa referensi ke dalam ruang diskusi, sampai dengan menyediakan beberapa alternatif teks untuk dipilih anggota tim Product Management.
Dari konteks user flow, user experience (UX), user journey dan berbagai istilah lain untuk maksud yang sama, seorang UX Writer berfungsi menyediakan teks-teks pemandu atas visual yang sudah lebih dulu ada.
Sekilas, apa-apa yang dikerjakan oleh UX Writer tampak sedikit. Padahal, kalau kita zoom out dengan sebuah produk digital, maka UX Writer harus melakukan suatu upaya ‘penyeragaman’ terhadap semua kata-kata yang dia rilis.
Tujuannya supaya konsisten dan seakan-akan diucapkan oleh persona yang sama. Ini membawa kita ke tugas-tugas lain dari seorang UX Writer: terlibat dalam pengembangan brand persona dan melakukan ‘penurunan’ lebih lanjut dari brand persona tersebut dalam implementasi yang lebih luas ke halaman-halaman (pages) produk digital tempat dia bekerja.
In short, ada 4 tugas yang dilakukan oleh seorang UX Writer:
- Terlibat dalam pengembangan brand persona
- Melakukan ‘penurunan’ berupa apa dan bagaimana brand tersebut mengkomunikasikan sesuatu
- Terlibat dalam pengembangan user journey
- Merancang kata-kata pemandu agar user dapat menggunakan produk dengan lebih mudah
Pasar untuk profesi ini sebenarnya tidak terlalu luas ya. Masih lebih besar pasar untuk programmer (developer) ataupun desainer.
Perangkat digital sebagai alat bantunya juga tidak banyak, dengan fitur-fitur yang sedikit. Bahkan cenderung sama dengan yang digunakan oleh para desainer.
Sikap Blogger
Menurut hemat saya, jalankan saja keempat peran tersebut.
Ya, kita secara rutin mengeksekusi pelaksanaan pembuatan konten. Mulai dari riset, menyusun draft, mengisi dengan word craftmanship, melakukan penyuntingan, proofread, dan sebagainya. Semuanya kita kerjakan.
Terus, copywriting-nya di mana? Tentu copywriting berlaku bila ada produk/layanan yang dipasarkan. Semakin ada produk baru untuk dipasarkan, maka bisa setiap artikel kita tanam copywriting. Hal ini tergantung pada communication stage-nya juga. Masing-masing fase AISAS kan berbeda-beda objektifnya.
Secara rutin, blogger perlu mengevaluasi strateginya. Yang saya lakukan secara sederhana adalah mengamati statistik dari Google Analytics. Dari sana muncul ide konten apa (di tingkat post maupun categories) yang perlu saya kembangkan. Contohnya di Analytics 2019 ini. Sebagai blogger yang gak niat-niat amat, saya fokus di metrik Page/Session dan Session Duration saja.
Jadi, variasi pekerjaan maupun dinamika karirnya akan begitu-gitu saja. Kali lain, saya bisa sharing soal bagaimana membuat karir kita sebagai penulis menjadi lebih bervariasi.
Nah, kalau kamu ada pertanyaan soal profesi ini, atau mungkin sudah tahu tentang profesi ini, silakan share di kolom komentar, ya 🙂
BACA JUGA: Perbedaan Content Writing, Copywriting, dan Content Strategy.
LIHAT JUGA: UX Writer di Era Digital
[…] BACA JUGA: Content Writer, Content Strategist, Copy Writer, UX Writer. […]